Krisis Air Bersih di Cekungan Bandung

  • Penulis
    Anwar Siswadi
  • Editor
    Praga Utama

MEMASUKI bulan November, hujan mulai sering mengguyur Kota Bandung. Tapi curahan air seolah-olah belum cukup deras untuk mengisi sumur gali sedalam 9 meter di rumah Wahyono yang airnya susut sejak lima bulan lalu. Akibatnya, pengemudi ojek daring yang tinggal di Jalan Lemah Hegar, Sukapura, Kiaracondong, itu masih harus membeli air bersih dari depot dekat rumahnya.

Setiap hari, pria 58 tahun ini harus bolak-balik mengangkut enam galon dan jeriken berisi air dari depot ke rumahnya. “Kalau menunggu tukang air lewat suka enggak tentu, bisa tiga hari sekali,” kata Wahyono saat ditemui Tempo, Kamis, 16 November 2023.

Tak hanya keluar tenaga ekstra, ia pun harus keluar uang lebih demi membeli air untuk kebutuhan sehari-hari. Jika setiap galon atau jeriken air seharga Rp 500, maka dalam sebulan pengeluaran Wahyono dan keluarganya untuk air bersih bisa bertambah sebesar Rp 100-150 ribu.

Padahal, selama tinggal di kawasan tersebut sejak 1996, Wahyono dan lima anggota keluarganya selalu mengandalkan air bersih dari sumur gali. Air sumur itu cukup layak untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus. Sedangkan untuk minum dan memasak, Wahyono terbiasa membeli air galon isi ulang karena kondisi air sumur agak kekuningan. Untuk air minum ini, biaya yang dikeluarkan lebih mahal, Rp 3.000 per galon. Itu pun harus ia ambil sendiri ke depot.

Keringnya sumur ini, seingat Wahyono, baru pertama kali terjadi. “Baru kemarau tahun ini sumur mengering. Sebelumnya enggak terlalu.” Puluhan tetangga di sekitar rumahnya pun bernasib sama. Akibat kondisi ini, ia ingin memperdalam sumur gali di rumahnya agar keluarganya punya cadangan air saat kemarau panjang. Tapi sejauh ini Wahyono baru bisa bermimpi karena belum sanggup menyediakan ongkos tukang galinya sebesar Rp 1,7 juta.

Warga mengisi galon dengan air ledeng di halaman PDAM Tirta Raharja, Cimahi, Jawa Barat, 16 Oktober 2023. TEMPO/Prima mulia

Krisis air bersih juga dialami keluarga Agus Juharsa, 65 tahun, warga Kelurahan Burangrang, Kecamatan Lengkong, Bandung. Selama belasan tahun tinggal di sana, Agus dan 11 anggota keluarganya mengandalkan air dari sumur sedalam 12 meter yang disedot mesin pompa. Sejak Mei lalu, semburan air dari sumur itu mengecil. Agus sekeluarga harus menunggu air sampai sore hingga tangki penampung terisi. Itu pun langsung habis setelah dipakai mandi 8-9 orang. “Sisanya mandi pakai air galon isi ulang, daripada ‘bau kambing’,” kata dia.

Tinggal bersama keluarga besar yang rumahnya bertetangga, mereka sebetulnya punya sumur timba komunal. Kedalaman awalnya 18 meter, tapi kini tinggal sekitar 12-13 meter karena pendangkalan lumpur. Agustus lalu, sumur itu mengering. “Baru sekarang begini, sebelumnya masih ada air walau sedikit dan keruh.” Dia menduga masalah itu akibat daerah resapan air di sekitar Bandung semakin berkurang.

Kebetulan Agus punya usaha depot air galon isi ulang. Ia pun terpaksa menggunakan stok air di depotnya untuk kebutuhan keluarganya. Untuk kebutuhan ini saja, Agus dan keluarga bisa menghabiskan 15 galon air per hari atau separuh dari stok jualannya.

Ketua RW 02 Kelurahan Burangrang, Kecamatan Lengkong, Uhud Mulyadi, mengatakan banyak warganya yang kesulitan air bersih pada musim kemarau tahun ini. Air sumur menyusut, sementara air dari pipa perusahaan daerah air minum (PDAM) sudah lama tidak mengalir. Pemerintah sempat membuatkan sumur komunal berkedalaman 60 meter lebih dengan pompa sibel (submersible) di lingkungan RW padat penduduk itu. Dari lima titik sebaran lokasi sumur air komunal, dua sumur sudah tidak berfungsi sejak dipasang pompa sekitar empat tahun lalu. “Hanya bisa dipakai beberapa bulan sampai setahun,” katanya.

Di rumahnya sendiri, Uhud harus membeli air isi ulang untuk minum. Keperluan lain mengandalkan air sumur pompa sedalam 30 meter. “Kalau air ledeng PDAM sudah sepuluh tahun enggak jalan,” ujarnya. Saat krisis air warga dinilai semakin rawan, pengurus RW pada awal Oktober lalu memesan dua tangki air PDAM berkapasitas total 1.000 liter untuk dibagikan secara gratis. Biayanya dibantu oleh seorang calon legislator.

Mengganggu Layanan Rumah Sakit

Tidak hanya di kalangan warga, krisis air di Bandung juga menimpa dua rumah sakit di Jalan L.L.R.E. Martadinata, Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kota Bandung serta Rumah Sakit Khusus Bedah Halmahera Siaga. Direktur RS Gigi dan Mulut Kota Bandung Lucyanti Puspitasari mengaku, selama ini kebutuhan air bersih mereka berasal dari sumur. Hasil sedotan pompanya bisa untuk mengisi tangki atas dan bawah tanah berkapasitas total 9.500 liter. “Selama musim kemarau kemarin, kami mengalami kesulitan air,” kata Lucyanti di kantornya, Jumat, 17 November 2023.

Beberapa kali upaya memompa air dari sumur hanya mengeluarkan udara. Kondisi kosongnya tangki air itu diketahui petugas yang rutin memeriksa pada sekitar pukul 07.00. Sebelum jam layanan dibuka pada pukul 08.00, petugas bergegas menghubungi penyedia air yang memiliki truk tangki berkapasitas 5.000 liter. Untuk keperluan itu, pengelola RS harus keluar duit Rp 250 ribu.

Kejadian seperti itu berulang 4-5 kali setiap bulan sejak Juli hingga Agustus, dan sekali pada Oktober. Akibatnya, rumah sakit harus menambah biaya tambahan sekitar 2,5 juta untuk membeli air. “Tapi tidak sampai mengganggu layanan. Bisa diatasi karena dicek petugas setiap pagi,” kata Lucyanti.

Petugas membersihkan alat-alat medis habis pakai di Rumas Sakit Khusus Gigi dan Mulut milik pemerintah di Kota Bandung, Jawa Barat, 1 Desember 2023. TEMPO/Prima mulia

Air bersih, menurut dia, sangat vital bagi pengoperasian rumah sakit. Selain untuk kumur-kumur pasien dan menyemprot gigi, air untuk tindakan dokter yang disalurkan ke kursi pasien di ruang praktik. Airnya bisa otomatis keluar dari mesin khusus untuk gigi. Kebutuhan air di rumah sakit itu rata-rata 5 meter kubik atau 5.000 liter per hari. “Kalau masalah dari air tanahnya baru sekarang ini, mungkin pada saling sedot,” ujarnya. Setelah hujan beberapa kali, debit air sumur rumah sakit kini telah normal kembali.

Pompa sibel Rumah Sakit Khusus Bedah Halmahera Siaga pun sempat kepayahan dalam menyedot air karena air sumurnya surut pada awal Oktober lalu. Teknisi dan penjaga malam bersiaga selama seminggu demi memancing airnya agar keluar. “Kejadian parahnya hanya dua hari air enggak naik, sampai saya dapat komplain dari pasien karena debit airnya kecil,” kata Kepala Bagian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS Halmahera, Puspita Wandari, Jumat, 17 November 2023.

Saat itu, ia mengaku deg-degan karena khawatir pasien tidak kebagian air. Setelah pompa cadangan difungsikan, pasokan air kembali normal. Menurut Puspita, rumah sakit mengandalkan air dari sumur berkedalaman 100 meter dengan pompa sibel. Adapun jaringan pipa PDAM tidak berfungsi. Petugas sempat datang beberapa kali karena rumah sakit hanya membayar abonemen tanpa tagihan pemakaian. “Karena air (PDAM)-nya enggak keluar, kering sekali.”

Kampung Adat Cireundeu di lembah perbukitan Kelurahan Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, 24 November 2023. TEMPO/Prima Mulia

Kearifan Lokal Menjaga Air

Meski sama-sama tinggal di wilayah cekungan Bandung, krisis air rupanya tak menimpa warga yang tinggal di Kampung Adat Cirendeu, Leuwigajah, Kota Cimahi. Kebutuhan air untuk warga, menurut sesepuh adat Cirendeu, Abah Widi, masih cukup. “Kering air tidak ada. Sekarang kemarau enam bulan, dulu sembilan bulan, kami enggak pernah kekurangan air,” ujarnya saat ditemui pada Selasa, 21 November 2023.

Sumber air warga berasal dari area hutan adat seluas 60 hektare yang dibagi tiga zona. Hutan tutupan menjadi lokasi tabungan air. Hutan larangan mengenai kemiringan kontur. Kemudian ada kawasan hutan yang dijadikan lahan garapan dan permukiman. Fungsi hutan itu, menurut Abah Widi, untuk mencegah tanah longsor, banjir, dan menjaga ketersediaan air bagi warga.

Bencana alam seperti itu, menurut lelaki berusia 62 tahun yang tinggal sejak lahir di Kampung Adat Cirendeu tersebut, tidak pernah terjadi. “Jangan sampai mata air jadi air mata kesedihan,” ujarnya. Untuk menjaga pasokan air tetap terpelihara, warga memperbanyak tanaman keras dan pohon bambu di hutan tutupan.

Kian Parah Akibat El Nino

Kekeringan yang menyusahkan warga hingga layanan publik di Bandung tersebut terjadi akibat kemarau panjang sebagai dampak fenomena El Nino. Prakirawan cuaca di Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Yan Firdaus Permadhi, mengatakan, awal masuk musim kemarau di wilayah Bandung Raya sebetulnya bervariasi, sejak awal Mei hingga akhir Juni 2023. Berdasarkan hasil pantauan yang menurut dia sesuai dengan prediksi BMKG, puncak musim kemarau mulai Juli hingga akhir September.

“Akhir musim kemaraunya pada Oktober,” kata Yan di kantornya, Senin, 13 November 2023. Akhir musim kemarau ini di wilayah Bandung Raya, khususnya, terhitung mundur sekitar 20-30 hari, dari biasanya selesai pada September. Hitungan musim kemarau menggunakan patokan BMKG, yaitu dari curah hujan. Dalam tiga dasarian atau 30 hari berurutan, curah hujannya masih kurang dari 150 milimeter.

Saat awal musim kemarau di Bandung Raya yang tergolong normal, kata Yan, masih ada hujan pada Juni. Kondisi nihil hujan baru terjadi pada Juli hingga September sampai beberapa daerah mengalami krisis air. Secara umum, di wilayah Jawa Barat, terjadi penurunan curah hujan saat musim kemarau 2023 sampai 40 persen dari kondisi normal. Kondisi kemarau yang disertai El Nino kali ini menurut dia berbeda dengan kejadian pada 2015 yang durasinya lebih panjang. “Kalau yang sekarang intensitasnya parah walau durasinya pendek karena sekarang (November) sudah hujan.”

Sungai Cikeruh mengering dan dipenuhi sampah di area irigasi pertanian di Desa Cileunyi Kulon, Bandung, Jawa Barat, 25 Juli 2023. TEMPO/Prima mulia

Musim kemarau 2023, menurut Yan, dipengaruhi oleh dua hal, yaitu fenomena El Nino yang moderat dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif. “Karena dua-duanya aktif dan sangat kuat, dampaknya wilayah Indonesia kering,” ujarnya. El Nino sudah terdeteksi sejak Juni, sementara IOD mulai Juli. Pengaruh dua faktor yang berhubungan dengan kondisi suhu permukaan laut di Samudra Pasifik sebelah timur Indonesia dan Samudra Hindia di barat terasa kuat pada Agustus 2023.

Peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan, mengatakan, kawasan barat Indonesia, seperti Sumatera, termasuk Jawa Barat, lebih terpengaruh dampak fenomena IOD, yakni adanya perbedaan suhu permukaan laut antara wilayah di Laut Arab atau Samudra Hindia bagian barat dan Samudra Hindia bagian timur di selatan Indonesia.

IOD negatif identik dengan musim basah di kawasan barat Indonesia, dan sebaliknya. Saat IOD positif, awan-awan yang ada di kawasan barat Indonesia akan bergeser menuju pusat tekanan rendah di pantai timur Afrika. Sejak Mei lalu, kata Eddy, IOD merangkak ke positif. “Artinya tidak ada indikasi kawasan barat Indonesia basah,” ujarnya.

Berdasarkan data Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia (POAMA), Oktober lalu, puncak IOD positif berlangsung pada November 2023. Pada saat puncaknya itu, fungsi IOD adalah mendukung El Nino. “Artinya, kawasan barat Indonesia masih akan mencapai puncak kemaraunya itu November,” kata dia. Setelah puncak IOD pada November, IOD tidak lagi mendukung El Nino. Artinya, kekuatan El Nino melemah. IOD baru akan memasuki fase netral mungkin pada akhir Februari 2024.

Pasokan Air Berkurang dari Hulu

Ketua Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Barat di Bandung, Dan Satriana, dan stafnya juga ikut kecipratan masalah air. Sejak Januari hingga 14 November 2023, mereka menerima 20 laporan mengenai layanan PDAM Kota Bandung. Rinciannya, 13 laporan mengenai kesulitan air dan 7 masalah lainnya berkaitan dengan pelayanan distribusi air. Sebanyak 16 laporan di antaranya masuk bertepatan saat musim kemarau sejak Mei. “Ada tren kenaikan laporan PDAM saat kemarau,” kata Dan, Kamis, 16 November 2023.

Pada tahun ini, Ombudsman mengubah kebijakan untuk menanggapi laporan pelanggan PDAM yang ditangani unit reaksi cepat. Kebanyakan laporan yang masuk disampaikan lewat WhatsApp akun Ombudsman. Setelah menerima laporan dan diverifikasi, masalahnya langsung coba diatasi tanpa fase pemeriksaan sesuai dengan prosedur. Alasannya, penyelesaian masalah air harus diprioritaskan. “Kami langsung telepon narahubung PDAM, minta masalah pelanggan diselesaikan atau memberikan layanan alternatif, misalnya kirim mobil tangki air.”

Direktur Utama PDAM Tirtawening Kota Bandung, Sonny Salimi, mengakui layanan air bersih dari perusahaan menurun pada tahun ini. Penyebabnya adalah penurunan produksi air baku seiring dengan berkurangnya debit air dari hulu pasokan. “Jadi, produksi kami yang biasanya 1.400 liter per detik jadi 800 liter per detik, turun sekitar 40 persen,” katanya saat ditemui pada Senin, 13 November 2023 di kantornya. Pengurangan debit air itu berlangsung sejak Agustus sampai pekan kedua November.

Aliran air sisa pemutar turbin PLTA Dago masuk ke intake air baku PDAM Tirtawening di Cikalapa Dago, Bandung, Jawa Barat, 26 November 2023. TEMPO/Prima mulia

PDAM Kota Bandung menggunakan berbagai sumber air untuk dikirim ke tempat pengolahan di Jalan Badaksinga yang berkapasitas 1.800 liter per detik. Dari wilayah utara, air Sungai Cikapundung Hulu dipakai sebanyak 400-600 liter per detik, dan 600 liter per detik untuk pengolahan air di Dago Pakar.

Dari Sungai Cibeureum juga diambil 100 liter per detik, dan Sungai Cipanjalu 20 liter per detik. Selain itu, dari wilayah selatan Bandung, sumber airnya berasal dari Sungai Cisangkuy dan buangan air turbin pembangkit listrik PLN, serta Situ Cileunca dan Situ Cipanunjang. Kapasitas pasokan air dari selatan mencapai 1.400 liter per detik.

Situ Cileunca dan Situ Cipanunjang, yang lokasinya berdekatan, berada di wilayah Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Kedua danau buatan dari masa kolonial Belanda itu kini dikelola PT Indonesia Power Unit Pelayanan Saguling. Air dari Situ Cipanunjang, yang lokasinya lebih tinggi, dialirkan ke Situ Cileunca di bawahnya, lalu juga ke Sungai Cisangkuy untuk menggerakkan turbin. Di jalur sungai itu, PLN membangun tiga unit pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yakni di Plengan, Lamajang, dan Cikalong.

Dekat turbin PLTA Cikalong, dipasang intake atau saluran masuk air PDAM Kota Bandung. Saat musim kemarau, kata Sonny, debit airnya berkurang. Dari Sungai Cisangkuy dapat air sekitar 300-500 liter per detik. Sedangkan dari air buangan PLTA tergantung operasional turbin. “Pada saat menampung air tapi turbin enggak jalan itu, kan, derita bagi kami,” kata Sonny.

PDAM hanya mendapat suplai air sekitar 12-15 jam dari buangan turbin. Namun, dibandingkan dengan kemarau yang disertai El Nino pada 2015, kondisi sekarang masih lebih baik. “Karena sekarang sudah mulai hujan. Kalau 2015, seingat saya sampai akhir tahun kering.”

Ketinggian muka air Dam Cipanunjang menurun di Kampung Puncak Raya, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 19 November 2023. TEMPO/Prima mulia

Tempo menyusuri sumber air minum yang juga digunakan untuk PLTA itu, Minggu, 19 November 2023, sejak siang hingga sore, dari Situ Cipanunjang, Situ Cileunca, hingga intake PDAM. Menurut petugas operator pintu air Situ Cipanunjang, Asep Muslih, “Daya tampung maksimal kedua danau itu sekitar 22 juta meter kubik.” Berdasarkan catatan tangan petugas pada buku besar laporan harian ketinggian air, daya tampung maksimal Situ Cipanunjang terakhir kali tercapai pada 20 Februari 2023.

Saat kapasitas danau penuh, kata Asep, pintu air ditutup untuk menahan aliran empat anak sungai dari Gunung Wayang yang selama ini memasok air Situ Cipanunjang. Setelah mencapai kapasitas maksimal pada 20 Februari 2023, sehari kemudian ketinggian air Situ Panunjang mulai menurun hingga pertengahan November lalu.

Pada awal November, sempat terjadi hujan berturut-turut dalam tujuh hari. Hal ini sedikit menambah debit air dari empat sungai pemasok Situ Cipanunjang. Setelah hujan pada 16 November 2023, sehari kemudian debit air yang masuk ke danau sebanyak 1,55 kubik. Sebelumnya, sejak 4 November lalu, air dari Situ Cipanunjang dialirkan ke Situ Cileunca sebanyak 1 meter kubik.

Meski demikian, penyusutan air terlihat jelas di beberapa tepi pinggiran Situ Cileunca. Di dekat salah satu area perkemahan dan tepian danau dekat jalan raya, misalnya, pinggiran danau menyisakan tanah terbuka yang sebagian dipenuhi rerumputan dan semak. Adapun secara umum terlihat Situ Cileunca masih digenangi air dan dilintasi perahu-perahu yang berisi wisatawan, termasuk mereka yang ingin menjajal arung jeram.

Atlet dayung nasional usai berlatih di Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 19 November 2023. TEMPO/Prima mulia

Akibat berkurangnya debit air pasokan dari sumbernya itu, kata Sonny Salimi, semua pelanggan PDAM Tirtawening yang berjumlah 174 ribu terkena dampak dengan kondisi beragam. Mulai dari aliran air mengecil hingga tergolong parah, tanpa kepastian mendapat air. Lokasi yang paling sulit mendapat air adalah area yang jauh dari pusat pengolahan air PDAM, seperti daerah Margahayu Raya, Ciwastra, Riung Bandung, Kopo, dan Buah Batu. “Kalau ada yang bilang (PDAM) enggak benar mengurusnya, bukan itu. Kami juga pusing, airnya sedikit, yang minta banyak.”

Sejauh ini, pihaknya mengaku agak sulit memformulasikan kompensasi ke pelanggan. Alasannya adalah kesulitan air pada musim kemarau serta El Nino disebut sebagai force majeure. “Kecuali kalau karena kelalaian PDAM.” Pelanggan yang terkena dampak krisis air diberi peluang untuk mendaftar dan melapor untuk dikirim mobil tangki air. Syaratnya, pemohon bukan perorangan, melainkan kelompok sesuai dengan kapasitas truk tangki sebanyak 5.000 liter, sehingga bisa dipakai bersama, misalnya untuk sepuluh rumah.

Menurut Sonny, PDAM menggratiskan layanan itu ke pelanggan. Armada truk tangki yang beroperasi 24 jam sebanyak 12-13 unit. Warga yang meminta kiriman paling banyak tersebar di daerah timur dan selatan Kota Bandung: Antapani, Arcamanik, Cinambo, Margahayu Raya, Riung Bandung, Kopo, Cibaduyut, Tegalega, Bunisari, Babakan Sari, dan Jalan Arjuna. Adapun dari 850 ribu keluarga di Kota Bandung, baru 174 ribu keluarga yang tersambung dengan pipa PDAM.

Upaya Menggenjot Produksi Air Bersih

Agar masalah pasokan air tak kembali terulang di masa depan, perusahaan daerah itu kini sedang bekerja sama dengan, antara lain, holding badan usaha milik negara (BUMN), PT Danareksa, dan Perum Jasa Tirta 2 supaya bisa menghadirkan air ke Kota Bandung sebanyak 3.500 liter per detik. Secara hitungan dan teori, kata Sonny, ibu kota Jawa Barat ini membutuhkan pasokan air 6.000 liter per detik. Rencananya, pihak BUMN membangun instalasi pengolahan air di daerah Waduk Saguling, yang hasilnya dipompakan ke reservoir besar di daerah Gunung Batu. Daya tampungnya 30 ribu kubik air yang akan dialirkan lewat pipa bergaris tengah 1,7 meter.

Pembangunan dari hulu ke hilir oleh BUMN itu juga sampai ke penanaman ulang pipa distribusi. Setelah jadi, PDAM akan mengoperasikan layanan airnya ke pelanggan, membayar setiap kubik air yang diolah BUMN, dan mengangsur biaya investasi. Bermekanisme build-operate-transfer (BOT), infrastruktur yang dipasang nantinya menjadi milik PDAM setelah 30 tahun.

Jaringan baru diproyeksikan bisa menambah layanan bagi 350 ribu pelanggan baru PDAM di wilayah tengah dan barat Kota Bandung. Jaringan pipa lamanya kelak bakal dinonaktifkan, tapi tetap terkubur di dalam tanah. “Jadi, jaringan yang ada semua dilupakan karena banyak masalah. Pipanya bocor. Kami juga enggak punya data lokasi pasti pipanya.” Selain itu, ukuran pipa jaringan lama dinilai tidak mendukung karena ukurannya separuh lebih kecil dari debit air yang akan dialirkan.

Aliran Sungai Cisangkuyi keluar dari rumah pemutar turbin PLTA Cikalong ke area instalasi intake Cikalong di Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 19 November 2023. TEMPO/Prima mulia

Agenda penandatanganan kerja sama itu akan dilakukan tahun ini, sehingga pada awal 2024 sudah bisa langsung dimulai untuk memasang pipa dan membangun instalasi hingga 2025. Kemudian pada 2026 mulai dipasang koneksi ke rumah warga. Sedangkan untuk wilayah lain, seperti bagian utara, timur, dan selatan, PDAM tetap memakai jaringan pipa lawas dari sumber pengolahan air yang berpusat di PDAM Jalan Badaksinga.

Demi memastikan warga mau berlangganan air PDAM, Sonny akan meminta pemerintah dan DPRD Kota Bandung merancang peraturan daerah atau peraturan wali kota. Isi aturannya mengenai larangan bagi warga pelanggan PDAM untuk mengakses air tanah. Kecuali jika belum ada jalur pipa PDAM di rumahnya. Tujuan larangan itu adalah meredam laju penurunan tanah. “Karena land subsidence di Cekungan Bandung sudah parah, bisa 10 sentimeter per tahun muka tanahnya, di antaranya karena pengambilan air tanah.”

Selain itu, PDAM tengah membangun sistem penyediaan air minum (SPAM) di blok Gedebage. Sumber airnya dari Sungai Cikalong di daerah Pangalengan, Kabupaten Bandung. Pembangunan dengan dana internal itu dilakukan untuk menambah kapasitas produksi sebanyak 750 liter air per detik. Proyek ini sudah masuk tahap pemasangan pipa. Rencananya, air itu dialirkan hingga ke daerah sekitar Jalan Terusan Buah Batu, hingga batas timurnya di daerah Rancanumpang. Perkiraan jumlah pelanggan barunya mencapai 50 ribu keluarga atau 250 ribu penduduk.