CAPTION

tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo

Perjuangan Anti Rasialisme di Amerika Serikat

Gerakan Black Lives Matter (BLM) kembali menggema belakangan ini. Penyebabnya tak lain adalah tragedi yang menimpa George Floyd, seorang pria Afrika-Amerika berusia 46 tahun yang tewas karena sesak napas akibat lehernya ditindih dengan lutut oleh polisi Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat.

BLM merupakan gerakan aktivis yang dimulai sebagai tagar yang trending pada 2013 menyusul tewasnya Trayvon Martin, remaja Afrika-Amerika berusia 17 tahun, akibat ditembak mati oleh seorang pria bernama George Zimmerman. Foto-foto berikut adalah sejarah visual protes-protes nasional yang terkait dengan gerakan BLM, dari 2013 hingga demonstrasi di Minneapolis dan wilayah lainnya di Amerika sejak akhir Mei 2020 lalu terkait dengan kematian George Floyd.

Mulai

2013
Trayvon Martin

“Halo, akhir-akhir ini terjadi beberapa pembobolan rumah di daerah sekitar saya, dan ada seseorang yang sangat mencurigakan sekarang. Dia mempunyai niat yang tidak baik. Sepertinya dia menggunakan narkoba.”

Panggilan 911 oleh George Zimmerman sebelum insiden kematian Martin.

2014
Michael Brown & Eric Garner

“HANDS UP, DON’T SHOOT!”

Slogan yang populer dalam demonstrasi BLM di Ferguson, Missouri, pada 2014. Slogan ini viral karena diduga sebagai kata-kata terakhir Brown sebelum kematiannya. Namun, hal itu sudah disangkal oleh Jaksa Agung Eric Holder dalam investigasi nya.

2014
Tamir Rice

“Ada orang yang sedang membawa pistol, sepertinya itu pistol mainan. Mungkin dia anak remaja.”

Panggilan 911 yang berakibat kematian terhadap Rice, remaja Afrika-Amerika berusia 12 tahun, yang ditembak oleh polisi di Cleveland, Ohio.

Operator 911 yang bertugas tidak melaporkan bahwa pistol yang dibawa Rice kemungkinan merupakan pistol mainan dan Rice adalah anak di bawah umur.

2015
Freddie Gray

“Waktu Gray masuk ke van itu, dia bisa berbicara. Saat dia dikeluarkan, dia tidak bisa berbicara dan bernapas.”

Wakil Komisaris Polisi Maryland Jerry Rodriguez dalam konferensi pers setelah kematian Gray.

Usai diangkut dengan mobil polisi, Gray mengalami cedera hingga koma. Tujuh hari kemudian, pada 19 April 2015, Gray dinyatakan meninggal.

2015
Tragedi Charleston Nine

“Saya ingin menjelaskan bahwa saya sama sekali tidak menyesali perbuatan saya. Saya sama sekali tidak menangisi orang-orang yang saya bunuh.”

Dylann Roof, pembunuh massal yang menembaki orang-orang kulit hitam yang sedang beribadah di Gereja Emanuel African Methodist Episcopal. Roof membunuh sembilan orang.

2015
Sandra Bland

“Dalam banyak berita akhir-akhir ini, kamu bisa berdiri, menyerah kepada polisi, dan tetap dibunuh.”

Unggahan akun Facebook Bland beberapa hari sebelum meninggal.

Bland merupakan wanita Afrika-Amerika berusia 28 tahun yang ditemukan tewas tergantung dalam sel penjara di Waller County, Texas, pada 13 Juli 2015, tiga hari setelah ditangkap di pemberhentian lalu lintas.

2016
Philando Castile

Castile: “Saya tidak mengeluarkan (pistolnya)...”

Yanez: “Jangan dikeluarkan!”

Percakapan antara Castile dan polisi St. Anthony, Minnesota, Jeronimo Yanez, sebelum Castile ditembak mati oleh Yanez.

Ketika itu, Castile memberitahu Yanez bahwa ia membawa senjata, sesuatu yang legal di bawah hukum open carry Minnesota. Namun, Yanez menembak Castile dari jarak dekat hingga tujuh kali. Insiden ini disebarluaskan lewat Facebook Live oleh Reynolds.

2020
George Floyd

“Saya tidak bisa bernapas. Tolong. Biarkan saya berdiri.”

Floyd saat ditangkap oleh polisi Minneapolis, Derek Chauvin. Dalam video yang kini viral, Chauvin terlihat menekan leher Floyd dengan lututnya.

“Ini tidak boleh menjadi hal yang normal di Amerika di tahun 2020, tidak boleh. Jika kita ingin anak-anak kita tumbuh di negara yang mengikuti idealisme tertingginya, kita bisa dan harus menjadi lebih baik.”

Mantan Presiden Amerika, Barack Obama, dalam sebuah pernyataan yang ditulis pada 29 Mei 2020.

“Karena, kita layak untuk sembuh, untuk berubah, dan yang paling penting:

kita layak untuk bebas.”

Co-Founder dan penasihat strategis Black Lives Matter Global Network, Patrisse-Khan Cullors.