please rotate your device screen

EKO
YULI
IRAWAN

ANGKAT BESI

Eko Yuli Irawan berkali-kali mendulang medali di kejuaraan dunia.

Pria berusia 29 itu berhasil merebut medali perunggu dalam dua olimpiade.

foto: Reuters

Terakhir ia memenangkan medali perak pada Olimpiade Rio 2016.

foto: Reuters

Salah satu keunggulan Eko adalah badannya yang relatif pendek. Jarak untuk mengangkat besi menjadi lebih singkat dan membutuhkan usaha yang lebih sedikit. Beban juga menjadi lebih dekat dengan poros putaran di tubuh, yaitu pundak dan lengan.

Selain itu, Eko juga memiliki jari yang panjang. Ini ternyata memberi keuntungan tersendiri.

"Dia punya postur tubuh yang sangat cocok untuk angkat besi, dan juga bentuk jarinya ini besar dan panjang. Saat dia menggenggam besi, itu sangat bagus, dan berpotensi membantu dia mengangkat besi yang lebih berat."

DIRDJA WIHARDJA (PELATIH)

Selain unggul secara fisik, Eko juga memiliki mental yang kuat: walau ia banyak mengalami cedera dan usianya relatif tua, ia belum mau mundur dari angkat besi.

Ia belum mau berhenti karena ada obsesi yang belum tercapai.

"Ingin medali emas di Olimpiade. Karena itu sebuah target sebagai atlet. Kalau bisa meraih emas di Olimpiade, akan sangat luar biasa."

EKO YULI IRAWAN

Untuk meraih cita-citanya, Eko berfokus memperbaiki teknik jerk.

Beberapa kali ia gagal menang emas karena koordinasi tumit, lutut, pinggang dan pundaknya tidak sinkron di saat terakhir pertandingan

Banyak elemen kecil yang perlu diperhatikan saat melakukan jerk.

Agar gerakannya semakin sempurna, Eko berlatih dengan beban hingga 180 kilogram, lebih berat dibanding saat pertandingan.

Cara ini selalu berhasil menyumbangkan medali dalam kompetisi-kompetisi yang diikuti Eko. Hanya saja, dia belum berhasil meraih medali emas di Asian Games.

"Untuk target-targetnya, dari Sri Wahyuni maupun Eko Yuli, kita ingin pecah telor ya. Emas untuk Indonesia."

DIRDJA WIHARDJA (PELATIH)