Interaktif

tempo.co
tempo

LONGFORM / RABU, 30 NOVEMBER 2022

Piala Dunia 2022 di Qatar: Apa Iya, Makin Muda Pemain Makin Berperan dalam Kemenangan?

Sejumlah tim unggulan di Piala Dunia 2022 gagal melangkah lebih jauh. Padahal mereka diperkuat pemain-pemain yang berlaga di liga-liga top Eropa. Atmosfer permainan yang berbeda antara klub dengan tim nasional membuat penampilan apik di klub bukan jaminan kesuksesan di level internasional.

Penulis

Faisal Javier

Laporan ini merupakan serangkaian tulisan Tempo Interaktif tentang Cara Membangun Tim Juara. Rangkaian juga menguraikan berbagai faktor yang diperlukan sebuah tim sepak bola untuk memenangi Piala Dunia 2022 Qatar.

Mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger, pernah beranggapan bahwa pesepakbola profesional berusia 30 tahun ke atas telah melewati masa keemasannya. Saat melatih, Wenger memang dikenal sangat mengutamakan pemain-pemain muda.

Sejumlah pemain muda telah menunjukkan tajinya pada beberapa pertandingan pertama penyisihan grup Piala Dunia 2022 Qatar dengan menyumbangkan gol untuk timnya. Dua di antaranya bahkan masih di bawah 20 tahun, seperti gelandang Inggris, Jude Bellingham (19 tahun), dan gelandang Spanyol, Gavi (18 tahun).

Gavi bahkan mencatatkan rekor sebagai pencetak gol termuda Spanyol di Piala Dunia. Selain itu, ia menjadi pemain termuda kedua setelah legenda Brasil, Pele, yang mencatatkan gol di ajang sepak bola terakbar sedunia ini. Pele sendiri masih berusia 17 tahun saat mencatatkan hattrick pada semifinal Piala Dunia 1958 melawan Prancis.

Pemain muda memang menjadi salah satu pusat perhatian setiap Piala Dunia digelar. Sejak Piala Dunia 2006, FIFA mengadakan anugerah Pemain Muda Terbaik Piala Dunia. Pemain yang berhak masuk nominasi adalah mereka yang berusia maksimal 21 tahun.

Lantas

apakah kehadiran pemain muda dapat membantu suatu negara

memenangi Piala Dunia?

Pada Piala Dunia 2022 Qatar, situs Transfermarkt mencatat bahwa umur rata-rata skuad seluruh tim yang berlaga adalah 27,0 tahun. Iran menjadi tim tertua, yakni dengan umur rata-rata skuad 28,9 tahun, disusul Meksiko dengan angka 28,5 tahun. Sedangkan Ghana menjadi tim termuda di Piala Dunia kali ini, yakni 24,7 tahun, diikuti Amerika Serikat (AS) (25,2 tahun).

Dibandingkan Piala Dunia 2018, usia rata-rata tim-tim Piala Dunia tahun ini lebih muda. Usia rata-rata seluruh tim pada Piala Dunia 2018 adalah 27,4 tahun. Saat itu, Panama menjadi skuad tertua dengan usia rata-rata 29,4 tahun, sedangkan skuad termuda adalah Nigeria, yakni 24,9 tahun.

Juara bertahan Prancis datang ke Qatar dengan skuad berusia rata-rata 26,5 tahun. Skuad saat ini lebih tua dibanding skuad yang dibawa Didier Deschamps empat tahun lalu, yakni 25,57 tahun.

Ketika menjadi juara empat tahun lalu, skuad Prancis tercatat sebagai juara termuda keempat sepanjang sejarah Piala Dunia. Selain itu, usia rata-rata skuad Prancis lebih muda dibanding skuad Uruguay—juara Piala Dunia pertama—pada 1930, yakni 26,41 tahun. Ini memberi kesan bahwa juara Piala Dunia beberapa tahun terakhir semakin muda.

Tetapi jika dilihat berdasarkan usia rata-rata seluruh skuad pemenang Piala Dunia, maka akan didapatkan tren sebaliknya, meski ada fluktuasi. Pada 1930, rata-rata gabungan adalah 26,41 tahun. Namun pada 2018, angkanya naik sedikit menjadi 26,46 tahun.

Kenaikan tersebut terjadi karena usia rata-rata sebagian juara Piala Dunia setelahnya lebih tinggi. Dari 20 edisi Piala Dunia setelah 1930, 10 tim juara memiliki usia rata-rata lebih tua, dan separuhnya lagi lebih muda. 

Tempo membuat tabel frekuensi untuk mengidentifikasi kelompok umur yang sering memenangi Piala Dunia. Dari 21 edisi Piala Dunia yang telah digelar, Tempo membuat lima kelompok umur para juara seperti tampak pada tabel di bawah.

Dari tabel di atas, tampak bahwa tim juara Piala Dunia sebagian besar berasal dari rentang umur 25,00-25,99 tahun dan 27,00-27,99 tahun, kemudian disusul kelompok umur 26,00-26,99 tahun. 

Namun, terakhir kali Piala Dunia dimenangi kelompok usia rata-rata 27,00-27,99 tahun adalah pada 1994, yakni oleh Timnas Brasil (27,11 tahun). Piala Dunia 1994 merupakan Piala Dunia terakhir dengan format 52 pertandingan. Sejak Piala Dunia 1998, FIFA menambah jumlah pertandingan Piala Dunia menjadi 64.

Namun, terakhir kali Piala Dunia dimenangi kelompok usia rata-rata 27,00-27,99 tahun adalah pada 1994, yakni oleh Timnas Brasil (27,11 tahun). Piala Dunia 1994 merupakan Piala Dunia terakhir dengan format 52 pertandingan. Sejak Piala Dunia 1998, FIFA menambah jumlah pertandingan Piala Dunia menjadi 64.

Enam edisi Piala Dunia dengan 64 pertandingan sebagian besar dimenangi oleh timnas dengan skuad yang berusia lebih muda. Yakni, kelompok usia 25,00-25,99 tahun sebanyak tiga kali, dan 26,00-26,99 tahun sebanyak dua kali. Skuad Italia saat menjadi juara dunia tahun 2006 menjadi pengecualian, karena masuk kelompok umur 28,00-28,99 tahun. Mereka sekaligus mencatatkan rekor sebagai juara dengan umur rata-rata tertua sepanjang sejarah Piala Dunia.

Data tersebut memberi kesan bahwa timnas dengan usia di bawah 27 tahun lebih punya kans untuk menjuarai Piala Dunia yang berlangsung panjang. Bahkan, Piala Dunia 2026 nanti akan berlangsung lebih panjang lagi, lantaran terdiri dari 80 pertandingan.

ENAM PEMAIN BINTANG MUDA DI PIALA DUNIA 2022

Xavi Simons - Belanda (19 tahun)

Posisi: Gelandang Serang

Klub: PSV Eindhoven

Penampilan Tim Nasional:

Gol / Assist: -

Meski memiliki nama yang sama, Xavi Simons tidak memiliki hubungan kekerabatan sama sekali dengan pelatih Barcelona, Xavi. Tetapi Simons merupakan pemain didikan akademi Barcelona, La Masia, sebelum kemudian direkrut tim senior PSG.

Hanya semusim di PSG, ia kemudian pulang kampung ke Belanda, setelah direkrut oleh PSV Eindhoven. Pada Oktober 2020, ia masuk dalam daftar pemain muda potensial “Next Generation 2020” yang dibuat oleh media Inggris, The Guardian.

Jude Bellingham - Inggris (19 tahun)

Posisi: Gelandang Tengah

Klub: Borussia Dortmund

Penampilan Tim Nasional: 18

Gol / Assist: 1 / 1

Bellingham memulai karirnya bersama tim kelompok umur Birmingham. Pada 2019, majalah FourFourTwo menempatkan namanya dalam daftar “The 50 most exciting teenagers in English football”.

Ia turut serta membantu tim senior Birmingham lolos dari degradasi ke EFL League One pada musim 2019/2020. Ketika ia hijrah ke Borussia Dortmund, Birmingham memensiunkan nomor punggung 22 miliknya atas kontribusi yang diberikannya dalam waktu singkat.

Yunus Musah - Amerika Serikat (19 tahun)

Posisi: Gelandang Tengah

Klub: Valencia

Penampilan Tim Nasional: 20

Gol / Assist: 0 / 2

Musah lahir dari orang tua berkewarganegaraan Ghana saat mereka sedang berlibur di 

Amerika Serikat. Ia kemudian menjalani karir juniornya di tiga klub di tiga negara berbeda: Giorgione (Italia), Arsenal (Inggris), dan Valencia (Spanyol).

Ia dapat bermain untuk tim nasional Italia, Ghana, Inggris, dan Amerika Serikat. Meski sempat bermain untuk timnas kelompok umur Inggris, pada akhirnya ia memilih untuk membela Amerika Serikat di level senior.

Hannibal Mejbri - Tunisia (19 tahun)

Posisi: Gelandang Serang

Klub: Birmingham City

Penampilan Tim Nasional: 20

Gol / Assist: 0 / 1

Mejbri merupakan pemain muda didikan Akademi Manchester United. Ia memulai debut seniornya bersama Manchester United pada Mei 2021, saat melawan Wolverhampton Wanderers. Saat itu, ia masuk sebagai pengganti Juan Mata pada menit ke-82. Pada Agustus 2022, Birmingham City meminjamnya selama semusim.

Jamal Musiala - Jerman (19 tahun)

Posisi: Gelandang Serang

Klub: Bayern Munich

Penampilan Tim Nasional: 18 

Gol / Assist: 1 / 2

Musiala merupakan salah satu pemain muda yang masuk dalam daftar pemain muda potensial “Next Generation 2020” yang dibuat oleh media Inggris, The Guardian. Ia sempat menjadi bagian dari tim junior Chelsea, sebelum kemudian hijrah ke Bayern Munich.

Musiala dapat bermain untuk Nigeria, Inggris, dan Jerman di level senior. Ia kemudian memilih bermain untuk timnas Jerman. Euro 2020 menjadi debut turnamen besar pertamanya di level senior.

Gavi - Spanyol (18 tahun)

Posisi: Gelandang Tengah

Klub: Barcelona

Penampilan Tim Nasional: 14

Gol / Assist: 3 / 0

Sebelum bergabung tim muda Barcelona, Gavi, menghabiskan dua musim bersama Akademi Muda Real Betis. Ia kemudian mencatatkan penampilan sebanyak tiga kali bersama Barcelona B di musim 2020/2021, sebelum dipromosikan ke tim utama Barcelona pada musim selanjutnya.

Pada September 2021, Gavi dipanggil memperkuat Spanyol menghadapi Italia pada semifinal UEFA Nations League. Saat itu, ia masih berusia 17 tahun. Gavi mencatatkan gol pertama bagi Spanyol saat menghadapi Republik Ceko pada Juni 2022, sekaligus menjadi pemain termuda yang pernah mencetak gol bagi tim senior Spanyol.

Tetapi, jika berkaca pada Piala Dunia terdahulu, kesan itu dapat terbantahkan. Sebagai perbandingan, saat FIFA menambah jumlah pertandingan menjadi 52—sebelumnya 38 pertandingan—pada 1982 hingga 1994, seluruh juara dunia saat itu memiliki skuad dengan umur rata-rata di kisaran 27,00-27,99 tahun. 

Usia rata-rata seluruh skuad pemenang Piala Dunia pun mengalami kenaikan konstan pada 1982 hingga 1994. Ini menghadirkan sisi lain bahwa tim berusia relatif lebih senior juga punya kans menjadi juara saat turnamen berlangsung lebih panjang dibanding edisi-edisi sebelumnya.

Tempo juga tidak menemukan korelasi antara durasi pertandingan dengan umur rata-rata tim juara Piala Dunia. Dengan menggunakan fungsi Correl di Microsoft Excel untuk mencari korelasi antara variabel jumlah pertandingan dan umur rata-rata tim pemenang, nilai yang didapat adalah 0,1. Apabila nilai mendekati nol, maka korelasi antar variabel semakin lemah. 

Lalu

apa faktor utama yang mendukung potensi tim

Juara Piala Dunia?

Temuan Hannes Lepschy, Alexander Woll dan Hagen Wäsche yang diterbitkan jurnal Frontiers in Psychology pada 2021 menunjukkan bahwa variabel yang berkaitan dengan permainan lebih berpengaruh bagi kesuksesan tim di Piala Dunia. Sedangkan variabel kontekstual, di mana umur rata-rata susunan pemain termasuk di dalamnya, memiliki kontribusi yang tidak terlalu signifikan. Tiga peneliti Karlsruhe Institute of Technology (KIT), Jerman itu mengambil 128 pertandingan dari Piala Dunia 2014 dan 2018 sebagai objek penelitian.

Mereka menyebut bahwa faktor paling berpengaruh bagi kesuksesan tim adalah kesalahan bertahan (defensive errors). Kesalahan bertahan adalah kesalahan pemain yang mengakibatkan bola terebut, sehingga dapat berakibat pada tembakan atau gol. Setiap kesalahan bertahan dapat mengurangi peluang menang tim sebesar 10,25 persen. Sedangkan, umur rata-rata susunan pemain hanya memiliki pengaruh sebesar 1,9 persen terhadap potensi menang. 

Temuan tiga peneliti di atas pun menjadi bukti lain bahwa faktor umur tidak signifikan untuk menentukan kesuksesan tim di Piala Dunia. Pada akhirnya, kesuksesan dalam Piala Dunia terlalu sulit untuk dijelaskan oleh satu faktor semata.

Tempo Media Lab

  • Penulis

    Faisal Javier

  • Multimedia

    Krisna Adhi Pradipta

    Sunardi Alunay

  • Editor

    Moerat Sitompul

Powered By

Artikel Interaktif Lainnya