Laporan ini merupakan serangkaian tulisan Tempo Interaktif tentang Cara Membangun Tim Juara. Rangkaian juga menguraikan berbagai faktor yang diperlukan sebuah tim sepak bola untuk memenangi Piala Dunia 2022 Qatar.
Mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger, pernah beranggapan bahwa pesepakbola profesional berusia 30 tahun ke atas telah melewati masa keemasannya. Saat melatih, Wenger memang dikenal sangat mengutamakan pemain-pemain muda.
Sejumlah pemain muda telah menunjukkan tajinya pada beberapa pertandingan pertama penyisihan grup Piala Dunia 2022 Qatar dengan menyumbangkan gol untuk timnya. Dua di antaranya bahkan masih di bawah 20 tahun, seperti gelandang Inggris, Jude Bellingham (19 tahun), dan gelandang Spanyol, Gavi (18 tahun).
Gavi bahkan mencatatkan rekor sebagai pencetak gol termuda Spanyol di Piala Dunia. Selain itu, ia menjadi pemain termuda kedua setelah legenda Brasil, Pele, yang mencatatkan gol di ajang sepak bola terakbar sedunia ini. Pele sendiri masih berusia 17 tahun saat mencatatkan hattrick pada semifinal Piala Dunia 1958 melawan Prancis.
Pemain muda memang menjadi salah satu pusat perhatian setiap Piala Dunia digelar. Sejak Piala Dunia 2006, FIFA mengadakan anugerah Pemain Muda Terbaik Piala Dunia. Pemain yang berhak masuk nominasi adalah mereka yang berusia maksimal 21 tahun.
Lantas
apakah kehadiran pemain muda dapat membantu suatu negara
memenangi Piala Dunia?
Pada Piala Dunia 2022 Qatar, situs Transfermarkt mencatat bahwa umur rata-rata skuad seluruh tim yang berlaga adalah 27,0 tahun. Iran menjadi tim tertua, yakni dengan umur rata-rata skuad 28,9 tahun, disusul Meksiko dengan angka 28,5 tahun. Sedangkan Ghana menjadi tim termuda di Piala Dunia kali ini, yakni 24,7 tahun, diikuti Amerika Serikat (AS) (25,2 tahun).
Dibandingkan Piala Dunia 2018, usia rata-rata tim-tim Piala Dunia tahun ini lebih muda. Usia rata-rata seluruh tim pada Piala Dunia 2018 adalah 27,4 tahun. Saat itu, Panama menjadi skuad tertua dengan usia rata-rata 29,4 tahun, sedangkan skuad termuda adalah Nigeria, yakni 24,9 tahun.
Juara bertahan Prancis datang ke Qatar dengan skuad berusia rata-rata 26,5 tahun. Skuad saat ini lebih tua dibanding skuad yang dibawa Didier Deschamps empat tahun lalu, yakni 25,57 tahun.
Ketika menjadi juara empat tahun lalu, skuad Prancis tercatat sebagai juara termuda keempat sepanjang sejarah Piala Dunia. Selain itu, usia rata-rata skuad Prancis lebih muda dibanding skuad Uruguay—juara Piala Dunia pertama—pada 1930, yakni 26,41 tahun. Ini memberi kesan bahwa juara Piala Dunia beberapa tahun terakhir semakin muda.
Tetapi jika dilihat berdasarkan usia rata-rata seluruh skuad pemenang Piala Dunia, maka akan didapatkan tren sebaliknya, meski ada fluktuasi. Pada 1930, rata-rata gabungan adalah 26,41 tahun. Namun pada 2018, angkanya naik sedikit menjadi 26,46 tahun.
Kenaikan tersebut terjadi karena usia rata-rata sebagian juara Piala Dunia setelahnya lebih tinggi. Dari 20 edisi Piala Dunia setelah 1930, 10 tim juara memiliki usia rata-rata lebih tua, dan separuhnya lagi lebih muda.
Tempo membuat tabel frekuensi untuk mengidentifikasi kelompok umur yang sering memenangi Piala Dunia. Dari 21 edisi Piala Dunia yang telah digelar, Tempo membuat lima kelompok umur para juara seperti tampak pada tabel di bawah.
Dari tabel di atas, tampak bahwa tim juara Piala Dunia sebagian besar berasal dari rentang umur 25,00-25,99 tahun dan 27,00-27,99 tahun, kemudian disusul kelompok umur 26,00-26,99 tahun.
Namun, terakhir kali Piala Dunia dimenangi kelompok usia rata-rata 27,00-27,99 tahun adalah pada 1994, yakni oleh Timnas Brasil (27,11 tahun). Piala Dunia 1994 merupakan Piala Dunia terakhir dengan format 52 pertandingan. Sejak Piala Dunia 1998, FIFA menambah jumlah pertandingan Piala Dunia menjadi 64.
Namun, terakhir kali Piala Dunia dimenangi kelompok usia rata-rata 27,00-27,99 tahun adalah pada 1994, yakni oleh Timnas Brasil (27,11 tahun). Piala Dunia 1994 merupakan Piala Dunia terakhir dengan format 52 pertandingan. Sejak Piala Dunia 1998, FIFA menambah jumlah pertandingan Piala Dunia menjadi 64.
Enam edisi Piala Dunia dengan 64 pertandingan sebagian besar dimenangi oleh timnas dengan skuad yang berusia lebih muda. Yakni, kelompok usia 25,00-25,99 tahun sebanyak tiga kali, dan 26,00-26,99 tahun sebanyak dua kali. Skuad Italia saat menjadi juara dunia tahun 2006 menjadi pengecualian, karena masuk kelompok umur 28,00-28,99 tahun. Mereka sekaligus mencatatkan rekor sebagai juara dengan umur rata-rata tertua sepanjang sejarah Piala Dunia.
Data tersebut memberi kesan bahwa timnas dengan usia di bawah 27 tahun lebih punya kans untuk menjuarai Piala Dunia yang berlangsung panjang. Bahkan, Piala Dunia 2026 nanti akan berlangsung lebih panjang lagi, lantaran terdiri dari 80 pertandingan.
ENAM PEMAIN BINTANG MUDA DI PIALA DUNIA 2022
Tetapi, jika berkaca pada Piala Dunia terdahulu, kesan itu dapat terbantahkan. Sebagai perbandingan, saat FIFA menambah jumlah pertandingan menjadi 52—sebelumnya 38 pertandingan—pada 1982 hingga 1994, seluruh juara dunia saat itu memiliki skuad dengan umur rata-rata di kisaran 27,00-27,99 tahun.
Usia rata-rata seluruh skuad pemenang Piala Dunia pun mengalami kenaikan konstan pada 1982 hingga 1994. Ini menghadirkan sisi lain bahwa tim berusia relatif lebih senior juga punya kans menjadi juara saat turnamen berlangsung lebih panjang dibanding edisi-edisi sebelumnya.
Tempo juga tidak menemukan korelasi antara durasi pertandingan dengan umur rata-rata tim juara Piala Dunia. Dengan menggunakan fungsi Correl di Microsoft Excel untuk mencari korelasi antara variabel jumlah pertandingan dan umur rata-rata tim pemenang, nilai yang didapat adalah 0,1. Apabila nilai mendekati nol, maka korelasi antar variabel semakin lemah.
Lalu
apa faktor utama yang mendukung potensi tim
Juara Piala Dunia?
Temuan Hannes Lepschy, Alexander Woll dan Hagen Wäsche yang diterbitkan jurnal Frontiers in Psychology pada 2021 menunjukkan bahwa variabel yang berkaitan dengan permainan lebih berpengaruh bagi kesuksesan tim di Piala Dunia. Sedangkan variabel kontekstual, di mana umur rata-rata susunan pemain termasuk di dalamnya, memiliki kontribusi yang tidak terlalu signifikan. Tiga peneliti Karlsruhe Institute of Technology (KIT), Jerman itu mengambil 128 pertandingan dari Piala Dunia 2014 dan 2018 sebagai objek penelitian.
Mereka menyebut bahwa faktor paling berpengaruh bagi kesuksesan tim adalah kesalahan bertahan (defensive errors). Kesalahan bertahan adalah kesalahan pemain yang mengakibatkan bola terebut, sehingga dapat berakibat pada tembakan atau gol. Setiap kesalahan bertahan dapat mengurangi peluang menang tim sebesar 10,25 persen. Sedangkan, umur rata-rata susunan pemain hanya memiliki pengaruh sebesar 1,9 persen terhadap potensi menang.
Temuan tiga peneliti di atas pun menjadi bukti lain bahwa faktor umur tidak signifikan untuk menentukan kesuksesan tim di Piala Dunia. Pada akhirnya, kesuksesan dalam Piala Dunia terlalu sulit untuk dijelaskan oleh satu faktor semata.