CAPTION

tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo
tempo

Satu Dekade Dalam Revolusi

Pada tahun 2011, serangkaian demonstrasi demokratis terjadi di berbagai negara Timur Tengah dalam fenomena yang dikenal sebagai Arab Spring. Para diktator yang sebelumnya memegang kekuasaan selama beberapa dekade digulingkan dalam waktu singkat. Demonstran berharap kekuasaan akan dialihkan pada pemerintahan sipil. Sepuluh tahun kemudian, apa kabarnya?

Mulai

Bahrain

Pemberontakan Bahrain pada tahun 2011 dimulai pada hari Valentine. Terinspirasi oleh keberhasilan demonstrasi di Mesir dan Tunisia, pemberontakan mendorong pemerintah untuk memberikan kebebasan politik yang lebih besar. Protes ini kemudian berkembang menjadi pemberontakan melawan keluarga kerajaan Bahrain.

Ratusan demonstran tewas dalam kekacauan yang terjadi selanjutnya. Karena pemberontakan banyak yang beranggotakan orang-orang Muslim Syiah Bahraini, Pemerintah menekan penduduk Syiah dengan keras.

Akhirnya, aksi militer yang disponsori oleh Arab Saudi menghentikan pemberontakan. Sejumlah kecil demonstran mengadakan protes dalam peringatan 10 tahun pemberontakan, meskipun di bawah pengawasan ketat polisi.

Mesir

Api revolusi menyebar dari Mesir. Demonstrasi Mesir adalah citra paling ikonik dari fenomena Arab Spring. Gerakan protes ini menyebabkan penggulingan Presiden Hosni Mubarak, yang berkuasa selama hampir tiga dekade.

Pemilu demokratik menghasilkan pemberdayaan calon Ikhwanul Muslimin Mohammed Morsi. Namun, pemerintahan Morsi digulingkan oleh Angkatan Bersenjata Mesir pada tahun 2013. Pemimpin Angkatan Bersenjata, Abdah Fattah El-Sisi mengambil alih kekuasaan dalam kudeta ini.

Sepuluh tahun kemudian, Mesir masih diperintah oleh pemerintahan otokratis. Aktivis yang aktif selama demonstrasi Tahrir Square ditetapkan sebagai penjahat oleh pemerintah Mesir. Sekarang, para aktivis itu menjadi pengungsi politik yang mencari suaka di Eropa.

Libya

Protes Libya menyebabkan kejatuhan diktator militer Muammar Al-Qaddafi. Perubahan rezim Libya disponsori oleh beberapa negara barat dengan Amerika Serikat menjadi sekutu utama proses demokratisasi.

Namun, sekutu gagal menyatukan negara di bawah satu kepemimpinan. Populasi yang terbagi di antara garis ras dan sektarian segera berebut kekuasaan setelah kekosongan kekuasaan Qaddafi tidak terpenuhi. Situasi ini berlanjut menjadi Perang Saudara Libya.

Pada tahun 2021, dua faksi dalam perang saudara telah melakukan gencatan senjata. Per 16 Januari, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengatakan bahwa pembentukan pemerintahan transisi sedang berlangsung. Transisi antara kedua faksiti itu berlangsung dengan mediasi PBB.

Tunisia

Tunisia adalah tempat kelahiran protes Arab Spring. Protes diawali dengan aksi bakar diri seorang pedagang kaki lima yang dianiaya oleh polisi. Kejadian ini kemudian meningkat menjadi demonstrasi revolusi besar-besaran melawan pemerintah dan pasukan polisi.

Presiden Zine Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi karena gerakan revolusi itu. Pada tahun 2014, Tunisia mengadakan pemilihan umum pertama yang bebas untuk parlemen dan presiden serta menyelesaikan transisi menjadi negara demokratis.

Meski telah menjadi negara demokratis, pemerintah Tunisia lantas menjadi sasaran protes baru karena kemerosotan ekonomi dan berbagai masalah hak asasi manusia akibat tindakan polisi.

Suriah

Protes Suriah dimulai seperti Tunisia. Namun, keadaan menjadi lebih parah ketika polisi menangkap 15 anak yang menulis slogan anti-pemerintah. Protes ditanggapi oleh kepolisian dengan tindakan kelewat keras.

Pemberontakan Suriah akhirnya meningkat menjadi Perang Saudara Suriah. Milisi bersenjata di berbagai daerah mengangkat senjata melawan Republik Arab Suriah. Beragam milisi itu terbagi pula antara garis sektarian dan suku. Namun, tujuan mereka tetap sama: menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.

Pada 2021, Suriah masih berperang. Milisi-milisi yang berebutan kekuasaan mendapatkan dukungan yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya bersekutu dengan Amerika Serikat, dan yang lainnya bersekutu dengan kelompok teror seperti Negara Islam (ISIS). Presiden al-Assad tetap berkuasa.

Yaman

Pemberontakan Yaman dimulai sebagai protes terhadap dukungan presiden Ali Abdullah Saleh terhadap pasukan Al-Qaeda. Saleh membuat kesepakatan untuk menukar pengunduran dirinya dengan kekebalan dari tuntutan. Dia tiga kali mengingkari kesepakatan itu sebelum menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi.

Hadi menjabat pada tahun 2012. Namun, dia segera digulingkan oleh pemberontak Houthi yang dengan cepat mengambil alih ibu kota. Hal ini menyebabkan perang saudara antara pemberontak Houthi dan pemerintah Hadi. Liga Arab, dipimpin oleh Arab Saudi dan didukung oleh Amerika Serikat, melakukan pemboman di wilayah tersebut untuk mendukung Hadi.

Sepuluh tahun kemudian, negara itu masih terjebak dalam perang saudara yang berkepanjangan mirip Suriah. Perang menyebabkan krisis kemanusiaan yang membuat 3,6 juta orang menjadi pengungsi peperangan. Presiden Joe Biden berjanji untuk menarik dukungan AS untuk intervensi militer yang dipimpin Saudi.