Lionel Messi resmi tak memperpanjang kontraknya di Barcelona. Kontrak Messi sesungguhnya memang sudah habis per 30 Juni 2021. Dalam situs resmi, disebutkan bahwa manajemen klub dan Messi sebenarnya telah mencapai kesepakatan untuk memperbarui kontrak.
Gonjang-ganjing perpanjangan kontrak Messi sudah muncul sejak awal Juli 2021 dan seharusnya diselesaikan pada tanggal 5 Agustus 2021. Namun, Tim Catalan tersebut tidak bisa mendaftarkan Messi sebagai pemain mereka karena salary cap La Liga atau pembatasan gaji yang dapat digelontorkan setiap klub di setiap musim. Kebijakan itu merupakan kontrol finansial La Liga yang serupa dengan kebijakan Financial Fair Play (FFP) di Liga Premier Inggris.
Salary cap, salah satu aturan dalam kebijakan tadi, merupakan aturan pembatasan gaji yang diterapkan La Liga untuk klub-klub peserta sejak 2013. Peraturan itu tidak hanya membatasi alokasi gaji untuk pemain, melainkan seluruh anggota skuat mulai dari pelatih hingga para staf pelatih.
Dalam pelaksanaannya, La Liga akan menetapkan batas gaji yang berbeda untuk setiap klub. Batasan itu ditetapkan setelah La Liga menganalisa performa finansial dari masing-masing klub.
Untuk melindungi kondisi finansial klub di tengah pandemi Covid-19, La Liga memutuskan untuk mengurangi batas alokasi gaji menjadi sebesar 2,3 miliar euro (atau setara 39 triliun rupiah) dari 2,9 miliar euro untuk 20 klub peserta.
Barcelona menjadi salah satu klub yang mengalami pengurangan batas alokasi. Musim lalu, mereka hanya boleh mengalokasikan dana untuk gaji sebesar 383 juta euro. Padahal, di musim sebelumnya dana yang dialokasikan sebesar 671 juta euro. Musim ini, batas alokasi itu kembali turun menjadi sekitar 160 juta euro menurut Sky Sports.
Namun, sebelum bersepakat dengan Messi, Barcelona telah mendatangkan Emerson, Sergio Aguero, Eric Garcia dan Memphis Depay. Hal ini dilakukan sebelum klub itu menjual pemain-pemain mereka yang mempunyai gaji yang tinggi. Sehingga, memasukkan Messi—peraih enam trofi Ballon d'Or—ke dalam daftar pemain akan membuat Blaugrana jauh melampaui batas alokasi.
Presiden Barcelona Joan Laporta sebetulnya berharap adanya pengecualian dari La Liga, seperti yang dilakukan liga lainnya. “Kami ingin fleksibilitas yang lebih besar dari La Liga jika memungkinkan, seperti yang dilakukan liga lain di seluruh benua untuk tim,” kata Laporta, dikutip dari Marca pada 3 Agustus 2021.
Selain berharap pada kelonggaran La Liga, klub yang sudah bersama Messi selama 21 tahun ini juga telah melakukan sejumlah upaya mempertahankan The Goat—merupakan singkatan dari Greatest of All Time. Salah satunya dengan melakukan pemotongan gaji pemain. Termasuk Messi yang akan kena pemotongan gaji sebesar 50 persen bila kontraknya diperpanjang.
Kebijakan pemotongan gaji ini juga harus dilakukan Barcelona karena klub sedang terlilit utang sebesar 1 miliar euro—setara 17,096 triliun rupiah. Jika tak melakukan pemotongan gaji atau segera menjual pemain-pemainnya, Barca bisa melanggar aturan La Liga tersebut dan pemain-pemain baru yang ia kontrak tidak akan bisa terdaftar.
Meski begitu, media Spanyol Sport menyebutkan, Barcelona mendapatkan kucuran dana sebesar 270 juta euro atau sekitar 4,579 triliun rupiah dari La Liga. Dana tersebut berasal dari investasi yang diberikan lembaga keuangan CVC.
La Liga sebelumnya telah membuat kesepakatan dengan CVC untuk bekerja sama dalam bidang media. La Liga dan CVC nantinya akan membuat perusahaan baru yang mengurusi masalah tersebut. Nilai kontraknya sendiri disebut mencapai 2,7 miliar euro atau sekitar 45,79 triliun rupiah.
Namun, Presiden La Liga, Javier Tebas bergeming. Ia mengungkapkan, Barcelona sudah melebihi ambang batas pengeluaran gaji sebesar 40 persen. Oleh karena itu, Barca hanya bisa menginvestasikan 25 persen uang yang diperoleh. Artinya, jika mau memberikan kontrak baru kepada pemain, nilai kontraknya hanya boleh 25 persen dari setiap pemasukan.
Tebas juga menegaskan tidak akan memberikan kelonggaran lagi untuk Barca, meski menginginkan Messi bertahan di La Liga. “Barcelona telah melampaui alokasi gaji mereka,” kata Tebas seperti dilansir dari media Spanyol, La Sexta.
Pada konferensi pers yang diadakan oleh Presiden Laporta pada 6 Agustus 2021, Laporta mengungkapkan bahwa La Liga menyodorkan sebuah proposal untuk melanggengkan kebijakan ini asal Barcelona memberikan sebagian dari keuntungan penyiaran pertandingan Barcelona selama 50 tahun. Proposal ini ditolak oleh Laporta.
“Saya tidak bisa membuat keputusan yang bisa menghancurkan klub, Barcelona adalah hal terpenting,” ujar Laporta.
Di bawah kendali Mantan Presiden Barcelona, Josep Maria Bartomeu, Barcelona mengalami lima tahun yang ruwet. Dari posisi berjaya, Barcelona terus terpuruk hingga Bartomeu mundur pada akhir 2020 lalu. Bartomeu terkenal hobi membakar uang untuk membeli dan menggaji pemain.
Tiga nama yang cukup mencolok dalam pembelian pemain oleh Barca adalah Ousmane Dembele, Antoine Griezmann, dan Philippe Coutinho. Mereka dibeli dengan harga di atas 100 juta euro. Kemudian diikuti Luis Suarez, Jordi Alba, Gerard Pique, dan Sergio Busquets mendapat nilai kontrak yang dinilai terlalu besar dan tidak efektif. Barcelona hanya mendapatkan uang masuk cukup besar saat melepas pemain andalannya, Neymar Jr., ke PSG.
Selain tak pandai menggunakan uang dengan efektif, Bartomeu juga dinilai tak pandai bernegosiasi. Pasalnya, ia gagal mempertahankan sokongan dana sponsor dari Qatar Airways akibat tawarannya terlalu tinggi.
Kalkulasi buruk Bartomeu inilah yang membuat Barcelona kesulitan secara finansial dan menumpuk utang. Situasi ini bahkan sudah terjadi jauh sebelum pandemi Covid-19.
Usai kandas bersama Barcelona, beberapa klub disebut-sebut bakal jadi tempat Messi berlabuh. Menurut Marca, ada dua klub elit yang dinilai memiliki kekuatan finansial untuk memenuhi permintaan gaji Messi, yakni Paris Saint-Germain (PSG) dan Manchester City.
Manchester CityManchester City sebetulnya baru saja menghabiskan banyak uang untuk mendatangkan Jack Grealish dari Aston Villa dan masih tertarik pada penyerang Spurs, Harry Kane, yang kemungkinan akan menelan biaya 130 juta poundsterling (sekitar 2,60 rupiah). Regulasi Financial Fair Play dari UEFA yang ketat juga perlu diwaspadai meski mereka masih punya cukup dana.
Namun, pelatih Pep Guardiola yang punya sejarah bersama Messi bisa menjadi alasan hal tersebut bisa terwujud.
Paris Saint-GermainPSG menjadi tujuan yang paling realistis bagi Messi. Sayangnya, fokus utama klub Prancis tersebut saat ini adalah memperbarui kontrak Kylian Mbappe.
Untuk Messi, PSG bisa menjadi klub yang sempurna untuk memenuhi ambisinya. Klub Prancis tersebut sedang habis-habisan membangun skuad yang dapat memenangkan Liga Champions musim ini.
Akan tetapi PSG juga memiliki masalah finansialnya sendiri setelah melaporkan defisit lebih dari 120 juta euro (sekitar 2,03 triliun rupiah) di musim lalu. Mereka harus terpaksa menjual pemain untuk dapat bermanuver lebih lanjut di bursa transfer musim panas ini.
Belum lagi perkara pajak yang harus ditanggung. Bila Messi menerima gaji 30 juta euro (sekitar 509 miliar rupiah), artinya klub harus mengeluarkan 70 juta euro (sekitar 1,18 triliun rupiah) per tahun untuk La Pulga.
Inter MiamiSelain dua klub besar itu, pindah ke klub Major League Soccer juga bisa menjadi pilihan Messi. Kabar soal ketertarikan Messi bermain di MLS bahkan sempat berhembus sebelum pembahasan kontrak baru Messi dengan Barcelona.
Pada musim lalu, klub milik David Beckham ini juga disebut-sebut bisa merekrut Messi. Sebelumnya, Messi juga sempat memilih menghabiskan waktu di Miami, Amerika Serikat saat liburan bersama istri dan ketiga anaknya.