Proyek-proyek energi hijau menggelembung di Asia Tenggara sejak Perjanjian Paris pada 2016. Beberapa negara di ASEAN telah membuat berbagai rencana konkret untuk menghadapi perubahan iklim.
Sejak Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26, banyak negara telah memperluas strategi mereka untuk bisa mencapai target net zero emissions seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Paris 2016. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tak ketinggalan. Kondisi ekonomi Asia Tenggara yang bertumbuh dengan tinggi dan adanya motivasi untuk mandiri energi telah menjadikan energi hijau sebagai sasaran investasi baru bagi pemerintah dan swasta. Menurut Ernst & Young, ada lebih dari 800 proyek energi hijau akan digarap di kawasan Asia TenggaraPeta jalan Indonesia melibatkan target infrastruktur dan kebijakan yang ambisius pada 2025-2060. Target-target tersebut akan mengalihkan ketergantungan pada pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil ke pembangkit listrik dengan sumber energi baru dan terbarukan, juga akan menurunkan emisi karbon Indonesia. Pemerintah telah menetapkan target nol emisi karbon (net zero emissions) pada 2060.
Baca lebih lanjut tentang transisi energi Indonesia di sini.
Keterangan: Strategi energi hijau Malaysia bisa ditemukan di Peta Jalan Energi Terbarukan (Renewable Energy Roadmap/RER). Peta jalan tersebut memaparkan kerangka transisi energi yang akan diimplementasikan dari 2025 hingga 2030. Target roadmap dibangun agar terukur, dan di masa depan, mendukung target net zero carbon emissions pada 2050.
Peta jalan transisi energi Vietnam tertuang di Green Growth Strategy for 2021-2030, Vision 2050. Upaya negeri ini untuk untuk modernisasi jaringan energi telah dimulai pada 2014, dengan dasar Keputusan 1393/QD-TTg yang berlaku pada 2014-2020. Strategi pertumbuhan hijau memiliki tiga pilar antara energi solar, energi angin dan energi air, dan bertujuan untuk mencapai target net zero carbon emissions pada 2050.
Singapura telah merencanakan transisi energi bersih. Salah satu programnya adalah Gerakan Singapura Hijau (Green Singapore Movement) yang berlaku hingga 2030. Badan Pasar Energi negeri ini juga telah membentuk Committee 2050 yang mengeksplorasi beberapa rencana untuk mencapai komitmen net zero carbon emissions pada 2050.
Peta jalan transisi energi Filipina didasarkan pada visi jangka panjang 25 tahun yang dikenal sebagai AmBisyon Natin 2040. Ini sesuai dengan rencana kontribusi nasional yang dijanjikan pada 2016. Untuk mewujudkannya, Departemen Energi Filipina merumuskan Rencana Energi Filipina (PEP) 2018-2040. Namun Filipina belum memiliki target emisi karbon nol bersih.
Dalam Rencana Energi Nasional (NEP) 2022, Thailand telah menetapkan target untuk mencapai carbon neutrality pada 2050 dan net zero carbon emissions pada 2065. NEP menggabungkan beberapa program energi terbarukan dari Power Development Program(PDP) sebelumnya.
Rencana energi Brunei dituangkan dalam Kebijakan Perubahan Iklim Nasional (National Climate Change Policy/NCCP). Kebijakan tersebut merupakan rencana nasional yang komprehensif di mana di dalamnya terdapat berbagai strategi untuk masa depan energi Brunei, terlepas dari masalah ketergantungan ekonomi negeri ini pada bahan bakar fosil. Seperti banyak negara lain di Asia Tenggara, Brunei berkomitmen untuk mencapai target net zero carbon emissions pada 2050.
Rencana energi bersih Myanmar diuraikan dalam NDCnya, dan diperluas dalam tiga kebijakan pemerintah. Kebijakan Perubahan Iklim Myanmar (MCCP) (2019), Strategi Perubahan Iklim Myanmar (MCCS) (2018-2030), dan Rencana Induk Perubahan Iklim Myanmar (MCCMP) (2018-2030). Namun, strategi iklim Myanmar secara keseluruhan dan target net zero carbon emission masih dalam pembahasan.
Upaya dekarbonisasi Kamboja diuraikan dalam rencana NDC-nya. Kamboja menguraikan komitmen dasar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30% pada 2030. Kamboja memiliki target net zero carbon emission pada 2050.
Laos mengadopsi Strategi Pengembangan Energi Terbarukan (Renewable Energy Development Strategy) pada 2011 dan menetapkan target 30% energi terbarukan skala kecil dalam bauran energi pada 2025. NDC negeri ini meliputi skenario emisi dasar, skenario mitigasi tanpa syarat, serta skenario kondisional yang lebih ambisius. Tiga skenario tersebut dijalankan hingga 2030 untuk menuju net zero carbon emission pada 2050.