Pahlawan di dan luar lapangan. Legendan Boston Celtic berkalungkan Medali Kemerdekaan Kepresidenan saat pertandingan NBA All Star 2011 di Los Angeles. REUTERS/Danny Moloshok/File Photo
1934 - 2022

BILL
RUSSELL

Mengenang Bill Russell, Legenda NBA yang Berjuang Melawan Ra sisme

Oleh Puja Pratama Ridwan

LEGENDA NBA Bill Russell menutup usianya pada umur 88 tahun dengan tenang. Melalui Twitter pribadinya, keluarganya menyampaikan bahwa Bill Russell menghembuskan nafas terakhir pada 31 Juli 2022 saat sang istri menemani di sampingnya.

Bill Russell adalah sosok legenda NBA dengan prestasi dan performa yang ciamik selama karirnya. Selama bermain bersama Boston Celtics dalam 13 musim pada 1956 hingga 1969, ia berhasil membawa Celtics menjadi 11 kali juara National Basketball Association (NBA) dan 5 gelar Most Valuable Player (MVP) untuk dirinya.

Sebagai Center andalan Celtics, Bill Russell mencatatkan 20 kali triple double, 15.1 poin per pertandingan, dan 4.3 assists per pertandingan selama 963 pertandingan pada musim reguler. Yang paling fantastis, selama musim reguler tersebut ia berhasil menciptakan 22.5 Rebounds per pertandingan.

Dengan performanya yang mengesankan, pria yang dikenal anti rasisme itu berhasil berada di urutan dua ranking Center NBA dengan Rebound terbanyak sepanjang masa. Ia berada di bawah Wilt Chamberlain yang mencetak 22,9 RPG dan diatas Nate Thurmond yang mencetak 15,4 RPG.

Raja Rebound.
Pada masa Bill, pemain center lebih dominan dalam rebound.

Pada masa itu Bill Russell dan pemain NBA dengan posisi Center lainnya lebih dominan untuk bermain Rebound ketimbang mencetak poin. Hal tersebut berbeda sekali dengan pemain NBA dengan posisi Center generasi sekarang yang sudah serba bisa dan lebih dominan mencetak angka ketimbang melakukan rebound. Bahkan pemain Big Man NBA generasi sekarang sebagian besar mahir melakukan tembakan 3 angka.

Perbandingan Center NBA generasi Bill Russel dan Sekarang bisa terlihat dengan jelas ketika kita membandingkan Bill Russell dengan Nikola Jokic yang sama sama bermain di posisi Center dan memiliki track record permainan yang ciamik. Nikola Jokic jauh lebih mahir mencetak poin dibandingkan dengan Bill Russell. Namun perihal Rebound, Russell jauh lebih unggul ketimbang Jokic.

Dengan sejumlah prestasi tersebut, komisioner NBA tahun 2009 mengganti nama NBA Finals MVP (Most Valuable Player) Trophy menjadi Bill Russell NBA Finals MVP. Namun, perjuangan Russell menjadi legenda NBA tidaklah mudah, sejak usia 9 tahun ia dan keluarganya seringkali mendapatkan penghinaan akibat pemberlakuan hukum Jim Crow yang merupakan hukum pemisahan kasta sosial menurut warna kulit.

Saat Russel masih kecil, ia pernah tidak dilayani membeli es krim karena warna kulitnya yang hitam. Masalah rasisme tersebut terus berlanjut hingga saat ia berencana pindah ke Willmington pada 1960. Sayangnya, tidak ada satupun orang yang mau menjual rumah kepadanya dan terpaksa pindah ke Reading, sebuah kota yang didominasi oleh kulit putih.

Saat di Kota Reading, ia pernah mendapatkan rumahnya dirampok dan menemukan beberapa pialanya dihancurkan serta banyaknya tulisan rasis di dinding rumahnya. Hingga akhir hayatnya, Bill Russell dikenal sebagai orang yang menjunjung tinggi kesetaraan dan hak asasi manusia.

Penulis

  • Puja Pratama Ridwan

Multimedia

  • Krisna Adhi Pradipta
  • Puja Pratama Ridwan
  • Moerat Sitompul
  • Sunardi Alunay

Editor

  • Moerat Sitompul
1934 - 2022

BILL
RUSSEL

Mengenang Bill Russell, Legenda NBA yang Berjuang Melawan Rasisme

Oleh Puja Pratama Ridwan

Pahlawan di dan luar lapangan. Legendan Boston Celtic berkalungkan Medali Kemerdekaan Kepresidenan saat pertandingan NBA All Star 2011 di Los Angeles. REUTERS/Danny Moloshok/File Photo

LEGENDA NBA Bill Russell menutup usianya pada umur 88 tahun dengan tenang. Melalui Twitter pribadinya, keluarganya menyampaikan bahwa Bill Russell menghembuskan nafas terakhir pada 31 Juli 2022 saat sang istri menemani di sampingnya.

Bill Russell adalah sosok legenda NBA dengan prestasi dan performa yang ciamik selama karirnya. Selama bermain bersama Boston Celtics dalam 13 musim pada 1956 hingga 1969, ia berhasil membawa Celtics menjadi 11 kali juara National Basketball Association (NBA) dan 5 gelar Most Valuable Player (MVP) untuk dirinya.

Sebagai Center andalan Celtics, Bill Russell mencatatkan 20 kali triple double, 15.1 poin per pertandingan, dan 4.3 assists per pertandingan selama 963 pertandingan pada musim reguler. Yang paling fantastis, selama musim reguler tersebut ia berhasil menciptakan 22.5 Rebounds per pertandingan.

Dengan performanya yang mengesankan, pria yang dikenal anti rasisme itu berhasil berada di urutan dua ranking Center NBA dengan Rebound terbanyak sepanjang masa. Ia berada di bawah Wilt Chamberlain yang mencetak 22,9 RPG dan diatas Nate Thurmond yang mencetak 15,4 RPG.

Raja Rebound.
Pada masa Bill, pemain center lebih dominan dalam rebound.

Pada masa itu Bill Russell dan pemain NBA dengan posisi Center lainnya lebih dominan untuk bermain Rebound ketimbang mencetak poin. Hal tersebut berbeda sekali dengan pemain NBA dengan posisi Center generasi sekarang yang sudah serba bisa dan lebih dominan mencetak angka ketimbang melakukan rebound. Bahkan pemain Big Man NBA generasi sekarang sebagian besar mahir melakukan tembakan 3 angka.

Perbandingan Center NBA generasi Bill Russel dan Sekarang bisa terlihat dengan jelas ketika kita membandingkan Bill Russell dengan Nikola Jokic yang sama sama bermain di posisi Center dan memiliki track record permainan yang ciamik. Nikola Jokic jauh lebih mahir mencetak poin dibandingkan dengan Bill Russell. Namun perihal Rebound, Russell jauh lebih unggul ketimbang Jokic.

Dengan sejumlah prestasi tersebut, komisioner NBA tahun 2009 mengganti nama NBA Finals MVP (Most Valuable Player) Trophy menjadi Bill Russell NBA Finals MVP. Namun, perjuangan Russell menjadi legenda NBA tidaklah mudah, sejak usia 9 tahun ia dan keluarganya seringkali mendapatkan penghinaan akibat pemberlakuan hukum Jim Crow yang merupakan hukum pemisahan kasta sosial menurut warna kulit.

Saat Russel masih kecil, ia pernah tidak dilayani membeli es krim karena warna kulitnya yang hitam. Masalah rasisme tersebut terus berlanjut hingga saat ia berencana pindah ke Willmington pada 1960. Sayangnya, tidak ada satupun orang yang mau menjual rumah kepadanya dan terpaksa pindah ke Reading, sebuah kota yang didominasi oleh kulit putih.

Saat di Kota Reading, ia pernah mendapatkan rumahnya dirampok dan menemukan beberapa pialanya dihancurkan serta banyaknya tulisan rasis di dinding rumahnya. Hingga akhir hayatnya, Bill Russell dikenal sebagai orang yang menjunjung tinggi kesetaraan dan hak asasi manusia.

Penulis

  • Puja Pratama Ridwan

Multimedia

  • Krisna Adhi Pradipta

Editor

  • Moerat Sitompul