GOLET BOS MUDA LAKA-LAKA

Bertekad mewujudkan pemerintahan yang bersih, Bupati Umi Azizah menghapus tradisi memberikan setoran kepada atasan. Jalan terus meski banyak anak buah yang tak menyukai gaya kepemimpinannya.

TULISAN Trasa Mart Co-Working Space terpampang dengan ukuran besar di sebuah gedung berlantai dua di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Slawi, Kabupaten Tegal. Di tempat itu sejumlah anak muda Kabupaten Tegal biasa berkumpul untuk sekadar kongkow ataupun mengasah kemampuan bisnis.

Lantai dasar digunakan kantor PT Kasyr Sibernetika Indonesia, mitra Pemkab Tegal yang mendampingi para pengusaha muda. Sementara itu, di lantai dua tersedia ruangan yang bisa dimanfaatkan siapa saja untuk bekerja secara gratis. Terdapat satu ruang pertemuan yang bisa mereka pakai, cukup dengan mendaftar saja.

Tempat meriung itu dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Tegal untuk mendukung ekosistem usaha di kalangan pemuda daerah itu. “Mengubah mindset bukan menjadi pencari kerja tetapi menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Bupati Tegal, Umi Azizah di rumah dinasnya pada Kamis, 11 Agustus 2022.

BIODATA

Umi Azizah

Tempat, tanggal lahir: Tegal, 4 April 1960

Pendidikan: Sarjana, Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro

Karier: 

- Ketua Muslimat NU Tegal (2005-2015)

- Wakil Bupati Tegal (2013-2018)

- Bupati Tegal (2019- sekarang)

Dari Bibit Jadi Kafe

HAMPARAN kebun buah membentang di sudut Desa Bagores Lor, Kacamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Aneka tanaman buah tumbuh di Cafe Keboen tersebut. Meski baru setinggi orang dewasa, buahnya telah bergelantungan di ujung tangkai pohon.

Di tengah kebun seluas sekitar satu hektar tersebut berjajar saung berbentuk segi tiga. Di sampingnya terdapat kursi dan meja untuk pengunjung. Perpaduan kafe dan kebun buah itu dirintis Faskal Azis Faisal bersama saudaranya.

Awalnya mereka mendengar Pemerintah Kabupaten Tegal membuka pendaftaran bagi pengusaha muda untuk mendapat pendampingan. Faskal bersama kakaknya lantas mencari ide usaha untuk mereka ajukan.

Faskal kemudian mencetuskan ide usaha pembuatan pupuk organik. Adapun kakanya usaha pembibitan buah. Kedua ide tersebut ternyata lolos seleksi dari 400 lebih pendaftar. Setelah seleksi administrasi, mereka lolos 100 besar dan mendapat materi pengembangan usaha.

Pada tahap selanjutnya mereka kembali lolos hingga menyisakan 28 peserta. Keduanya lantas memperoleh modal usaha masing-masing Rp 15 juta dari Pemerintah Kabupaten Tegal.

Seiring berjalannya waktu, banyak kawannya yang kongkow di kebun. Mereka menyarankan dibuatkan tempat nongkrong. “Kemudian bikin kedai kecil-kecilan. Kebetulan saya punya basic bikin kopi,” kata lelaki berusia 27 tahun itu.

Setelah merintis usaha perkebunan pada 2019, setahun berikutnya Faskal mendirikan kafe. Sebagian uang modal dari Pemkab Tegal dia gunakan untuk merintis usaha tersebut. Kafe berada di sekitar kebun.

Seiring usaha pembibitan yang terus berjalan, mereka kemudian menjalankan usaha kafe dan petik buah. Mereka menjual buah langsung dari pohonnya. “Buah yang dipetik langsung malah lebih laku dibanding yang sudah kami petik,” ujarnya.

Bermacam-macam buah itu dijual di Cafe Keboen. Ada jambu biji, jambu air, alpukat, durian, dan buah-buahan lain. Kini, mereka juga membuka cabang kebun baru di Slawi, ibu kota Kabupaten Tegal.

Selain itu, Cafe Keboen disewakan untuk kegiatan seperti acara pernikahan. Mengusung konsep outdoor, pernikahan di Cafe Keboen cukup diminati. “Resepsi pernikahan saya kemarin juga di sini,” ujar Faskal.

Menurutnya, pemasaran produk kafe dan kebunnya selama ini banyak dia lakukan melalui media sosial. Dia berencana akan merambah media pemasaran di lokapasar alias e-commerce. Selama ini, Faskal mengaku mampu menjual produk perkebunan hingga ke luar provinsi.

Dia mengatakan kini mempekerjakan 21 karyawan untuk membantunya di kafe dan kebun. Adapun omzetnya mencapai jutaan rupiah dalam sehari.

Faskal mengaku menyerap banyak ilmu dari program Tegal Golet Bos Muda yang kini telah memasuki tahun keempat. “Saya diajari marketing, pengemasan, hingga manajeman keuangan,” ujarnya.

Bupati Tegal Umi Azizah mengatakan sejak diadakan empat tahun lalu, banyak pemuda Tegal mendaftar program wirausaha muda itu. Setiap tahun ada 400 lebih pendaftar program Tegal Golet Bos Muda. Nantinya dipilih 28 wirausaha terpilih. yang akan diberi modal Rp 15 juta dan pendampingan selama setahun. “Kemudian dipilih lagi lima terbaik dalam menjalankan usahanya dan diberi lagi suntikan modal Rp 15 juta dan akses permodalan dari bank,” ujarnya.

Sejak 2019, Umi membuat program untuk menekan angka pengangguran di wilayahnya. Saat itu, persentase pengangguran Tegal memang di atas rata-rata Provinsi Jawa Tengah dan nasional. Inovasi itu dia beri nama Tegal Golet Bos Muda. Setiap tahun Pemkab Tegal menjaring pemuda untuk didampingi menjalankan usaha. Setiap pendaftar membawa gagasan bisnisnya.

Menurut Umi, sejak digelar empat tahun silam ratusan pemuda Tegal mendaftar program itu. Ada lebih dari 400 pendaftar setiap tahun. “Pendaftaran terbuka untuk umum usia 18 sampai 28 tahun,” katanya.

Setelah melalui sejumlah tahapan seleksi dan pemaparan gagasan usaha, Pemkab Tegal memilih 28 usulan yang akan didampingi. Angka 28 sengaja dipilih mengikuti tanggal Hari Sumpah Pemuda. Para peserta terpilih akan mendapat bantuan modal dari Pemkab Tegal. “Yang 28 ini kami beri modal Rp 15 juta,” ujar Umi.

Para peserta yang lolos juga didampingi menjalankan usahanya selama setahun. Kemudian dipilih lima terbaik yang dinilai berhasil menjalankan usaha. Bagi mereka, kembali diberi suntikan modal Rp 15 juta. Selain itu, para wirausahawan muda di Kabupaten Tegal juga mengakses modal dari Bank Tegal Gotong Rotong yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah.

Situasi pandemi dua tahun lalu sempat menjadi tantangan bagi wirausaha. Toko hingga pasar sepi. Kondisi tersebut membuat Pemkab Tegal bersama PT Kasyr merintis lokapasar daring. E-commerce itu dinamai UMKM Bangkit. “Aplikasinya telah tersedia di Google Play Store,” kata Kepala Hubungan Masyarakat Pemkab Tegal, Hari Nugroho.

Umi menjadi Bupati Tegal sejak 2019 lalu. Sebelumnya dia menjabat Wakil Bupati Tegal. Diusung Partai Kebangkitan Bangsa, dia maju sebagai bupati berpasangan dengan Sabilillah Ardie.

Sebelum berkecimpung di pemerintahan, Umi mengaku tak memiliki pengalaman dalam organisasi politik. Lahir dari kalangan santri, dia selama ini aktif di organisasi sayap perempuan Nahdlatul Ulama, Fatayat dan Muslimat. Dia juga menjabat Ketua Muslimat Kabupaten Tegal.

Dia mengaku terpanggil untuk menjadi pejabat publik saat dipinang menjadi wakil bupati karena melihat adanya persoalan yang dihadapi perempuan di daerahnya. Umi melihat banyak perempuan menikah di bawah umur dan kurang sadar pendidikan.

Sejumlah kiai yang mendorongnya maju dalam pemilihan membuatnya semakin yakin untuk terjun ke kancah politik. Aktivitasnya di kegiatan sosial sejak belajar di pesantren hingga berkuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro Kota Semarang dianggap cukup sebagai modal. “Hampir semua pengasuh di pondok pesantren saya aktivis di masyarakat,” katanya.

Sejak mulai berduet dengan Ki Enthus Sumono, Bupati Tegal sebelumnya, Umi bertekad mewujudkan pemerintahan yang bersih di Pemkab Tegal. Tekad itu juga yang dia pegang setelah menjadi orang nomor satu di Kabupaten Tegal menggantikan Ki Enthus. “Intinya, menurut saya, KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) adalah sumber masalah yang akhirnya melebar ke mana-mana dan dampaknya panjang,” katanya.

Menurut Umi, tekad untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih itu dia wujudkan menjadi budaya organisasi di pemerintahannya. Ia mempraktikkannya dalam momen rotasi, seleksi, dan mutasi jabatan tinggi pratama di lingkungan Pemkab Tegal. Menurut Umi, sejak dia memimpin Tegal, praktik jual-beli jabatan mulai ditinggalkan. “Kalau berbicara aturan, saya tak bisa ditawar,” katanya.

Ia juga menghapus tradisi memberikan setoran kepada atasan, seperti menjelang Idul Fitri. Gara-gara ini, kata Umi, banyak anak buahnya yang tak menyukai gaya kepemimpinannya. Tapi ia jalan terus. “Saya mengamati ada perubahan kultur di birokrasi,” ujarnya.

Umi mengaku pernah mendapat tawaran uang ratusan juta rupiah dari investor yang akan menanamkan modal di Kabupaten Tegal. Tawaran itu dia tolak. “Nilainya Rp 600 juta. Dibandingkan dengan biaya operasional bupati dan wakil dalam setahun, angka itu sebenarnya cukup besar,” katanya.

Setelah dia menolak, tawaran itu lalu disampaikan melalui salah satu anaknya. Orang yang menawarkan uang itu datang ke rumahnya dan menemui sang anak. Tapi anak Umi menolak memberikan nomor rekening yang diminta orang tersebut.

Sejak menjabat Wakil Bupati Tegal pada 2017, Umi membuat inovasi di sektor kesehatan. Dia menilai jika masyarakat sehat, tingkat kemiskinan bisa ditekan karena warga bisa bekerja dengan optimal, tanpa terganggu masalah kesehatan.

Berdasarkan data yang dia miliki, pada 2017 lalu ada 47.642 warga Kabupaten Tegal yang tak memiliki jamban sehat. Dia kemudian mencanangkan program perbaikan jamban warga dengan anggaran Rp 21,75 miliar setiap tahun.

Program itu berjalan hingga 2019, tahun pertamanya sebagai Bupati Tegal. Hasilnya, tak ada lagi warga yang tak memiliki jamban sehat. “Tahun 2019, Kabupaten Tegal dinyatakan bebas buang air besar sembarangan,” ujarnya.

Sebagai kepala daerah perempuan, dia mengaku tak memiliki hambatan berarti selama memimpin Kabupaten Tegal. Umi menyebut antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peluang yang sama.

Dia mengaku hambatannya sebagai kepala daerah bukan karena status gendernya, melainkan karena ada bawahannya yang belum segendang sepenarian dengan gaya kepemimpinannya. “Sampai sekarang, masih ada masalah di sumber daya manusia. Komitmen saya mewujudkan pemerintahan yang bersih dihadapkan pada SDM yang belum sependapat dengan saya,” katanya.

Klik untuk kembali ke halaman awal