INSPIRASI DARI RATU BALQIS

Bupati Ratna Machmud bertekad memuluskan semua jalan di setiap desa. Dikenal sebagai pekerja keras oleh bawahannya.

KEGUNDAHAN Ratna Machmud melihat tanah kelahirannya, Musi Rawas di Sumatera Selatan, yang masih tertinggal dari daerah lain membulatkan tekadnya untuk memperbaki kondisi tersebut. Meski telah mapan sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Pekerjaan Umum Pemprov Sumatera Selatan, Ratna memutuskan mundur dan memulai perjalanan politiknya menuju kursi bupati.

Pada 2015, dia mengikuti pemilihan Bupati Musi Rawas. “Yang ada di pikiran saya waktu itu, kalau saya jadi bupati, saya bisa benahi banyak hal yang tidak bisa dibenahi oleh bawahan, terutama di bidang teknis sesuai latar belakang saya di PU,” ujarnya di Pendopoan Bupati Musi Rawas, Ahad, 7 Agustus 2022.

Cita-cita tak langsung terwujud. Tekadnya kandas untuk sementara. Ratna kalah dari pesaingnya, Hendra Gunawan. Dia menempati urutan kedua peraih suara terbanyak. Pada 2020, dia maju lagi bersama pasangannya, Suwarti. Kali ini dia menang. “Ini mimpi saya sejak lama untuk membangun Musi Rawas,” katanya.

Biodata

Ratna Machmud

Tempat, tanggal lahir: Lubuklinggau, 8 Agustus 1964

Pendidikan:

- SD Xaverius Lubuklinggau

- SMP Xaverius Lubuklinggau

- SMA Lab School Jakarta

- Sarjana, Teknik Sipil ISTN Jakarta

Karier: 

- Kepala satker Pengembangan Kawasan Pemukiman Sumsel Ditjend Cipta Karya Dept. PU (2007-2022)

- Kepala Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Dinas PU Cipta Karya Prov. Sumatera Selatan (2009-2015)

- Direktur PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau (2016-2020)

- Bupati Musi Rawas (2021-sekarang)

Rumah Tahfidz Pengganti Warung Remang-remang

RATNA Machmud teringat saat ia pulang kampung ke Musi Rawas bertahun-tahun lalu, di sepanjang jalan yang ia lalui berdiri banyak warung remang-remang. Musik berdentam-dentam dari sebuah warung ditimpali musik serupa dari warung sebelahnya. Banyak anak muda berkumpul di sana dan tak jarang terjadi hal-hal buruk.

Ratna mengaku miris melihat hal tersebut. Apalagi, kata dia, Musi Rawas memiliki slogan Musi Rawas Darussalam. “Melihat itu, saya berpikir, di mana tokoh masyarakatnya?” katanya.

Dari situ dia ingin perlahan mengubah kebiasaan masyarakat yang dianggap negatif tersebut. Ratna berpikir, fondasi agama masyarakat jadi salah satu program yang perlu dijalankan dalam memimpin Musi Rawas. Untuk itu, sejak kampanye dia mencanangkan akan membangun rumah bagi para penghafal Al-Quran atau tahfidz. Ratna ingin rumah tahfidz ada di seluruh desa di kabupaten tersebut.

Pemerintah Kabupaten kemudian membentuk Lembaga Pengembangan Rumah Tahfidz (LPRT) untuk merekrut para guru secara selektif. Mereka yang dipilih adalah masyarakat yang berdomisili di Musi Rawas. Agar mutu para pendidik di rumah penghapal Al-Quran itu meningkat, Ratna menyiapkan anggaran khusus bagi para guru. Pemerintah menyediakan Rp 2,5 juta untuk tiap guru.

“Kalau ustad dan ustadzahnya suami istri, maka akan diberi gaji Rp 5 juta per bulan,” ujarnya. Ia mengatakan angka tersebut memang tidak terlalu besar. Tapi dengan ada honor tetap, hal tersebut dapat membuat para pengajar bekerja profesional.

Ratna bertekad untuk melahirkan 10 penghapal Al-Quran di setiap desa. Untuk rumah tahfidz, pemerintah memanfaatkan rumah penduduk atau masjid sebagai tempat belajar.

Kini sudah ada 50 desa dari 199 desa yang sudah memiliki rumah tahfidz. Dengan semakin banyak anak belajar kitab suci, Ratna berharap anak-anak muda menjauhi perilaku negatif seperti mengkonsumsi narkoba.

Menurut Ratna, di setiap desa kini bisa ditemui banyak anak muda berkumpul belajar agama. “Pemandangan ini yang membuat saya menjadi semangat untuk terus membenahi dan menata Musi Rawas hingga benar benar menjadi kota Mura Darussalam,” katanya. “Mengubah kebiasaan tidak bisa serta merta tetapi bertahap dan harus sabar.”

Meski membuat program khusus buat umat Islam, Ratna tetap memperhatikan agama lain di wilayahnya. Dia menganggarkan dana untuk pembangunan rumah ibadah penganut agama lain.

Ratna mengklaim, sejak dilantik pada 26 Februari 2021, dia bekerja nyaris tanpa libur. Hampir tak ada waktu pula untuk urusan pribadinya. Ratna mengatakan, kesempatan menjadi orang nomor satu di Musi Rawas tak boleh disia-siakan untuk keperluan selain bekerja untuk warganya. “Untuk memajukan daerah kelahiran saya, saya berpikir harus memiliki kekuasaan agar bisa menata dan menjadikan daerah ini lebih baik,” katanya. 

Gagasan tersebut ia wujudkan dalam program. Salah satu program Ratna adalah membangun jalan mulus di sepanjang kabupaten tersebut. Dia beranggapan akses jalan yang buruk mempengaruhi produktivitas hasil pertanian dan, bahkan, membuat angka kriminalitas tinggi.

Bersama Wakil Bupati Suwarti, pasangan yang kerap disebut Duo Srikandi itu juga punya program lain. Di antaranya, sekolah dengan seragam, tas, dan sepatu gratis; pengobatan gratis; bantuan pondok pesantren; dan satu mobil ambulans untuk satu desa; serta santunan kematian Rp 3 juta. Program lainnya adalah bantuan alat berat untuk membuka lahan di setiap kecamatan dan bantuan untuk rumah penghapal Al-Quran.

Berbagai program itu mulai terealisasi. Salah satunya adalah pembangunan jalan. Jalan dari gerbang perbatasan Musi Rawas-Musi Banyuasin melintasi sejumlah kota kecamatan sampai ke pusat perkantoran di Muara Beliti, Musi Rawas, tak lagi bopeng. Kendaraan berlalu-lalang dengan lancar di atas jalan yang mulus. Memang di beberapa titik, terutama jalan kecil, masih berlubang ataupun aspalnya mengelupas.

Ratna mengatakan pembangunan jalan memang belum tuntas. Pada tahun kedua kepemimpinannya, baru sekitar 60 persen jalan yang sudah mulus. Secara bertahap, dia mengatakan akan terus memperbaiki jalan hingga ke pelosok desa.

Janji kampanye lain yang ia tunaikan adalah dana Rp 1 miliar untuk pesantren, rumah tahfidz, masjid, guru mengaji, dan santunan kematian. “Program itu sudah berlangsung sejak tahun lalu, sesuai janji kami waktu kampanye dulu,” katanya. 

Ratna kini merintis pembangunan rumah sakit di kabupaten itu. Dia ingin ada rumah sakit di Muara Betiti, ibu kota kabupaten. “Mudah-mudahan tahun ini bisa terwujud sehingga masyarakat lebih mudah untuk berobat,” ujarnya. 

Sedangkan untuk program satu ambulans satu desa, kini sudah terealisasi untuk 70 desa. Masih ada sekitar 129 desa lagi yang akan diberi mobil untuk keperluan gawat darurat tersebut. Pemberian satu unit ambulans untuk satu desa itu bermula dari kegelisahan Ratna mengetahui banyak masyarakat yang kesulitan dibawa berobat ke rumah sakit meski kondisinya sudah payah. 

Ratna mengatakan sebagai bupati, tak mudah membagi waktu untuk suami dan anak-anaknya. “Tapi, alhamdulillah, suami dan anak anak sangat mendukung karena mereka tahu saya ingin membangun daerah ini,” kata bungsu dari 12 bersaudara ini.

Dalam membangun Musi Rawas, Ratna mengatakan terinspirasi dari sosok Ratu Balqis, pemimpin Kerajaan Saba’ yang kisahnya disebut dalam Al-Quran. “Dia pemimpin yang demokratis,” kata Ratna. Menurut Ratna, dalam memimpin kerajaan yang sezaman dengan Nabi Sulaiman itu, Ratu Balqis adalah sosok yang mendengarkan masukan bawahan. “Tentu saya masih harus belajar banyak untuk meneladaninya,” kata mantan Direktur PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau ini.

Rachmat Hadianto, Kepala Bidang Komunikasi Publik Dinas Kominfo Musi Rawas membenarkan jika sang bupati adalah seorang pekerja keras. “Beliau tidak kenal waktu dalam bekerja,” katanya. Rachmat kerap mengikuti agenda Ratna dari pagi buta hingga pukul delapan malam. Toh, Ratna melakukan itu semua dengan suka cita.

Klik untuk kembali ke halaman awal