Menurut dr. Janelle Luk, dari Neway Fertility di Manhattan, AS, salah satu faktor penyebab ketidaksuburan adalah riwayat keluarga. Kalau orangtua sulit mendapatkan keturunan, maka jangan heran jika hal itu juga kamu alami sekarang. Faktor ketidaksuburan ini bisa diturunkan dari kakek ke ayah kemudian ke anak.

Ternyata, sebagian besar orang masih mempercayai bahwa obesitas dapat mempengaruhi produksi sperma. Padahal badan yang terlalu kurus juga dapat mempengaruhi jumlah sperma, lho. Hal ini terkait dengan ketidakseimbangan hormon serta gizi yang buruk. Studi 2008 European Society of Human Reproduction and Embryology conference di Barcelona, menunjukkan, pria dengan BMI optimal 20 sampai 25 memiliki tingkat sperma normal dibanding dengan mereka yang kegemukan atau kekurusan.

Beberapa orang masih percaya jika pilihan pakaian dalam pria dapat memengaruhi kesuburannya. Padahal jenis pakaian apapun yang laki-laki gunakan tidak masalah. Satu hal yang penting dalaman tersebut dapat membuatnya merasa nyaman. Bukan berarti laki-laki tak boleh mengenakan celana dalam. Hanya saja, kamu harus memilih celana dalam berbahan katun dan hindari celana dalam yang ketat.

Faktanya, Peneliti Columbia University Medical Center mengatakan bahwa sperma bersifat mikroskopik. Ada atau tidaknya masalah pada sperma harus dilihat melalui pemeriksaan laboratorium. Jadi, meski ejakulasi normal, belum tentu tidak ada masalah dengan sperma. Satu-satunya cara untuk memastikan kesuburan laki-laki adalah dengan analisis sperma, yang harus diamati dengan mikroskop.

Pria sehat belum bisa dipastikan memiliki sperma yang sehat pula. Nyatanya hanya 14 persen dari sperma pria sehat yang memiliki morfologi normal. Hal ini dilihat dari ukuran, bentuk, dan kemampuannya berpindah. Kondisi sperma yang baik juga dilihat dari leher yang berbentuk kurus berukuran 1-2 micrometer, dan memiliki kelincahan gerak (mobilitas) mencapai 40 persen dari keseluruhan sperma.

Relaksasi agar tidak stres memang sangat baik untuk meningkatkan kesuburan. Namun sayangnya, orang-orang yang pada dasarnya tidak subur atau mandul tak akan terpengaruh meski telah berusaha rileks. Sebab, ini merupakan suatu kondisi medis yang hanya bisa diatasi dengan pengobatan bersama ahli.

Memang, banyak orang di sekitar kita yang berusia 50 bahkan 60 tahun masih bisa memiliki anak. Namun perlu dipahami bahwa itu tidak bisa diterapkan untuk setiap orang. Sebab, para ahli mengatakan bahwa kualitas sperma pasti mulai turun setelah seorang pria melewati usia 40 tahun. Untungnya, penurunannya lambat dan bertahap.