DERITA Ginanjar, 55 tahun, berkurang satu. Kini, ia tidak lagi membuang waktu mengantre di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk membeli Pertamax. Dulu, warga Gandul, Depok, Jawa Barat ini harus rela berada di barisan motor yang hendak mengisi bensin. “Seringkali antrean panjang,” ia menuturkan, Selasa, 12 Desember 2023. “Agak ngeselin juga sih, apalagi kalau udara lagi panas, tobat deh.”
Sudah enam bulan ini Ginanjar berganti tunggangan. Ia mengandangkan sementara Honda Vario 160 yang biasa menemaninya berkeliling mengecek beberapa resto miliknya. Kini, ia menggunakan Davigo seri S, motor listrik bikinan Cina, untuk berkeliling ke gerai kulinernya yang ada di Cinere, Depok; Cijantung, Jakarta Timur; juga di Bintaro, Jakarta Selatan. Mondar-mandir Depok-Cijantung dan Depok-Bintaro, Ginanjar tak merasa boros sama sekali. Sebaliknya, kalkulator bisnisnya justru menunjukkan penghematan.
Ia bercerita, sewaktu masih menggunakan motor konvensional, harus mengisi bensin saban tiga hari sekali. Setiap kali mengisi, ia merogoh Rp 50 ribu untuk bahan bakar jenis Pertamax, atau Rp 100 ribu dalam sepekan. Ia menghitung sebulan rata-rata mengeluarkan Rp 400 ribu hanya untuk ongkos bensin. “Sekarang, sama sekali enggak ada pengeluaran itu. Lumayan, penghematan,” kata pensiunan perusahaan minyak dan gas Petrochina yang kini menjadi pengusaha kuliner itu.
Pengalaman Ginanjar dirasakan oleh para pengguna motor listrik lain. Berdasarkan survei Tempo Data Science (TDS), mayoritas responden menyatakan suka menggunakan motor maupun mobil listrik karena biaya energinya jauh lebih murah ketimbang kendaraan konvensional.
Jajak pendapat tentang penggunaan kendaran listrik digelar pada Agustus - Oktober 2023. Survei kuantitatif ini dilakukan terhadap 1.250 responden dengan margin of error 2,33 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Sebanyak 70 persen responden mengaku bisa menghemat lebih dari 50 persen belanja energi, dengan memakai motor listrik dibandingkan motor konvensional. Bahkan, 29 persen di antara mereka merasa penghematan bisa mencapai 75 persen.
Pekerja tengah melakukan pengecekan motor listrik di Stan PLN pada pameran IIMS 2022, JIExpo, Kemayoran, Jakarat, Rabu (6/4/2022). PT PLN (Persero) dan PT Grab Indonesia berkolaborasi mengembangkan infrastruktur stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Tempo/Tony Hartawan
Kabar tentang penggunaan kendaraan listrik yang irit itulah yang membuat, Gugun Gumilar Supriyadi dan isteri, memutuskan membeli motor listrik, Desember 2022 lalu. Kebetulan, salah satu motor konvensionalnya sudah terlalu jadul dan boros. Awalnya, pegawai perusahaan air minun dalam kemasan (AMDK) di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat ini memilih Uwinfly N9 Pro. Namun ternyata sumber daya listriknya masih menggunakan aki, bukan baterai litium, dan jarak tempuhnya cuma 50-60 kilometer (km). Biaya mengisi daya memang murah, hanya Rp 2-3 ribu sampai terisi penuh. "Tapi lama, perlu 6-8 jam," pria 31 tahun itu mengeluh.
Akhirnya Uwinfly N9 Pro dilego. Ia mencoba varian Uwinfly lain, yakni tipe T5. Ternyata, tipe ini juga masih menggunakan daya listrik aki, dan jarak tempuh hanya 50-60 km.
Gugun kembali menjual motor listrik keduanya. Pilihan selanjutnya jatuh pada motor listrik Polytron Fox-R. Ia merasa, tunggangan barunya jauh lebih irit. Dulu, pas masih memakai motor bensin, ia perlu ongkos bensin minimal Rp15 ribu sehari untuk menuju kantornya yang berjarak 25 kilometer dari kediaman. Kini, dengan motor listrik, biaya pengisian daya hanya sekitar Rp 5 ribu per hari.
Pameran otomotif Indonesia Electric Motor Show (IEMS 2022) di Jakarta Convention Center, Rabu (28/9/2022) Acara ini merupakan kali ketiganya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar pameran kendaraan listrik. Pada pameran, pengunjung dapat mencoba sejumlah kendaraan listrik serta menghadiri seminar edukasi terkait kendaraan listrik di Indonesia. Tempo/Tony Hartawan
Tempo Data Science juga melakukan survei kualitatif dengan metode diskusi kelompok terfokus (FGD) yang melibatkan pengguna motor listrik, pengguna mobil listrik, pengguna potensial motor listrik, dan pengguna potensial mobil listrik. Hasilnya menunjukkan setidaknya ada tiga kelompok psikografis di antara pengguna motor listrik. Pertama, kelompok pengguna baru yang umumnya dalam tahap mencoba, mayoritas merupakan ibu rumah tangga. Mereka menggunakan motor listrik untuk mengantar anak ke sekolah, belanja ke pasar, atau sekedar healing berkeliling kompleks rumah.
Kedua, pengguna rasional, memilih motor listrik lantaran lebih hemat dibandingkan motor BBM, baik biaya energi maupun perawatannya. Pengguna rasional umumnya para pria yang memakai motor listrik ke tempat kerja. Mereka tak perlu berpikir tentang ongkos servis, biaya ganti oli, dan lainnya. "Motor bensin tuh ada saja: maintenance, ganti oli, servis cvt, dan lainnya,” kata Gugun. Bandingkan, ia melanjutkan, dengan motor listrik yang hanya perlu perawatan rem saja.
Ketiga, pengguna antusias, tertarik untuk mengeksplorasi performa motor listrik lebih jauh. Umumnya mereka tergabung dalam komunitas hobi, touring, atau penggemar modifikasi.
Senada, kebanyakan pengguna mobil listrik juga kepincut dengan biaya energi yang lebih murah. Pertimbangan lain, kemudahan pengisian daya baterai, serta teknologi keamanan dan keselamatan. Merek yang paling diminati Wuling dan Hyundai Ionic 5. Wuling yang bentuknya kompak disukai karena memudahkan saat parkir. Sedangkan Hyundai Ionic 5 yang harganya lebih tinggi dilirik lantaran model, performa, dan teknologi. Merek-merek lain yang juga menjadi opsi antara lain Toyota, Tesla, dan Audi.
Pemerintah mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik dengan memberikan berbagai insentif. Misalnya untuk pembelian unit baru motor listrik, pemerintah memberi Rp 7 juta bagi setiap warga (pemegang KTP). Demikian pula konversi motor BBM ke motor listrik juga mendapat insentif Rp 7 juta. Gugun sudah membuktikan hal ini. Ia cukup menebus motor listrik Polytron Fox-R senilai Rp 13,5 juta, untuk unit yang harga normalnya Rp 20,5 juta.
Sedangkan pembelian mobil listrik mendapat insentif berupa pemotongan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 menjadi 1 persen, sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 Tahun 2023. Pengguna mobil listrik juga bebas pajak kendaraan bermotor, dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB). Keistimewaan lain adalah pengguna mobil listrik bebas dari aturan ganjil-genap di sejumlah jalan protokol di Jakarta. **