Nasional

TEKA-TEKI
SENJATA
KERUSUHAN
21-22 MEI

Kerusuhan 21-22 Mei 2019 masih menyisakan tanya. 

Editor: Juli Hantoro

Penulis: Andita Rahma

Kerusuhan 21-22 Mei 2019 masih menyisakan tanya.

Dalam konferensi pers yang digelar 11 Juni 2019, Polri tak sampai menyebut siapa pembunuh 9 orang yang tewas dalam kerusuhan. Tetapi polisi mengumumkan kemajuan dalam mengidentifikasi jenis peluru.

Harun Al Rasyid (15) dan Abdul Azis (28) merupakan dua dari sembilan warga sipil yang tewas dalam kerusuhan 21-22 Mei. Harun diketahui tewas tertembak di jalan layang Slipi, Jakarta Barat. Sementara Abdul, ditemukan meninggal di kawasan Petamburan, Jakarta Barat.

Uji balistik terhadap dua proyektil yang bersarang di tubuh kedua korban membuahkan hasil.



Petamburan, Jakarta Barat, 22 Mei 2019 - TEMPO/Zulfikar Epriyadi

Hasil uji balistik Pusat Laboratorium Forensik Polri menunjukkan peluru berkaliber 9x17 milimeter bersarang di tubuh Harun Al Rasyid (15). Karakteristik proyektil itu identik dengan Glock 42, pistol semi otomatis buatan Austria.

Pengamat militer dari Institute For Security and Strategic Studies, Khairul Fahmi, pun mengatakan Glock 42 digunakan oleh Kopassus, Paskhas, Brimob, dan Densus 88.

“Setahu saya, Glock 42 digunakan oleh mereka,” ucap Fahmi saat dihubungi pada 5 Juli 2019.

Namun, Kepala Biro Penerangan Mabes Polri, Dedi Prasetyo, mengatakan pihaknya tidak menggunakan Glock 42.
Polri hanya menggunakan Glock 17 dan Glock 19.

Sementara di dada Abdul Azis (28), korban lainnya yang diotopsi, ditemukan proyektil 5,56x45 milimeter. Ia diduga ditembak dari belakang. Ada dua senjata yang identik dengan peluru tersebut, yakni AK-101 produksi Rusia dan Olympic Arms.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, Olympic Arms bukan tipe senjata yang digunakan oleh aparat keamanan Indonesia. Sedangkan untuk AK-101, menurut Fahmi, merupakan senjata yang memang dipakai polisi dan Tentara Nasional Indonesia.

Namun, Dedi mengatakan bahwa senjata AK-101 buatan Rusia sudah lama tidak digunakan. Saat ini, polisi menggunakan AK buatan Polandia dan Cina. 

Kedua peluru tersebut dikatakan Dedi meski merupakan standar militer, tapi bisa dipakai oleh semua orang. Ia mengatakan, peluru tersebut beredar bebas di pasar gelap.

Sebelum kerusuhan 21-22 Mei, polisi memang menangkap beberapa orang karena dugaan kepemilikan senjata ilegal. Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menunjukkan senapan laras panjang yang diduga akan dipakai untuk membuat rusuh aksi 22 Mei 2019.

Polri juga menyita setidaknya dua pucuk pistol dan 60 amunisi. Menurut pengakuan pelaku, senjata itu juga akan digunakan pada 22 Mei.

Kelompok ini, kata dia, juga berencana menciptakan tumbal untuk membuat publik marah terhadap aparat. 

"Kami mendapat informasi masih ada senjata lain yang beredar," kata Tito.

Di sisi lain, dalam pengembangan terbaru penyelidikan, polisi mengklaim telah mengantongi ciri-ciri pelaku penembak Harun, Abdul, dan tujuh korban lainnya. 

Petamburan, Jakarta Barat, 22 Mei 2019 - TEMPO/Zulfikar Epriyadi

Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Suyudi Ario Seto menyebut, terduga pelaku penembakan berambut gondrong dengan perawakan ramping.

Pria tersebut memiliki tinggi 175 sentimeter dan bertangan kidal.

Ciri-ciri tersebut juga diperkuat dari analisis face recognition. 

Analisis face recoginition
terdiri dari 704 visual.

60

480

93

44

27

Video amatir

Foto amatir

CCTV

Media massa

Media sosial

Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Choirul Anam pun mendesak polisi agar segera mengungkap pelaku penembakan dalam kerusuhan 21-22 Mei. Desakan tersebut diutarakan Anam setelah Polri merilis hasil investigasi pada 5 Juli 2019.


"Jadi tugas berikutnya adalah pengungkapan yang lebih terang peristiwa ini, termasuk mengungkap siapa pelaku lapangan dan pelaku intelektualnya," ujar Anam melalui pesan teks, Sabtu, 6 Juli 2019.