“Jika kamu harus membunuh saya, bunuhlah saya. Tapi saya memberitahu kamu: kamu tidak akan membungkam saya.”
Dengan kata-kata inilah, yang diucapkan dalam siaran langsung Facebook pada 21 Juli 2022, jurnalis Kolombia Rafael Moreno menentang para pengkritiknya dan sekaligus meramalkan kematiannya sendiri.
Dalam video tersebut, Moreno mengenakan topi dan kaus polo putih dengan nama media daringnya: Voces de Córdoba . Selama lebih dari setengah jam, sang jurnalis investigatif mengecam keras korupsi di Córdoba, Kolombia. Wilayah yang terletak di utara Medellin ini adalah salah satu daerah termiskin di Kolombia. Lokasinya juga merupakan koridor strategis untuk penyelundupan narkoba. Tidak hanya itu, Córdoba juga merupakan salah satu daerah yang paling korup di negara ini.
Moreno memberikan contoh sejumlah kontrak yang digelembungkan secara artifisial, pelbagai proyek pekerjaan umum yang tidak kunjung selesai dan bagaimana berbagai perusahaan mengambil untung dari korupsi dan penggelapan uang yang merajalela di pemerintahan kota. “Mereka mencuri dari pemerintah kota,” katanya pada satu bagian dalam video. “Seseorang harus melawan korupsi di wilayah ini.”
Sejak Kesepakatan Damai tahun 2016 antara pemerintah Kolombia dan kelompok pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (atau FARC dengan inisial bahasa Spanyol), Moreno telah menjadikan investigasi tentang korupsi dan perdagangan narkoba sebagai spesialisasinya. Bahkan menjadi suatu obsesi. Voces de Córdoba yang diluncurkan pada tahun 2018 tidak segan menyerang berbagai tokoh—mulai dari politisi lokal, perusahaan pertambangan hingga para kelompok paramiliter. Meski terkadang sedikit berlebihan, suara Moreno dan jumlah pengikut yang kian meningkat di halamannya—sekitar 56.000 di 2023—makin menarik perhatian.
Tiga minggu sebelum video tersebut diunggah, Moreno menemukan nota yang ditempel di sepeda motornya, disertai dengan sebutir peluru yang kini dia pegang di depan kamera.
“Kami mengetahui semua gerakanmu, kemana kamu pergi, kapan kamu bangun, kapan kamu pergi tidur,” bacanya. “Kami tahu kemana kamu pergi minum-minum di Montelíbano (kota tempat dia tinggal), kami tahu segalanya tentangmu dan kami tidak akan memaafkanmu atas apa yang kamu lakukan. Jadi sekarang kamu tahu, bahwa sisa magasin (senapan) 9mm ini siap untuk kamu.”
Beberapa bulan kemudian, pada 16 Oktober 2022, tepat setelah jam 7 malam, Moreno sedang menutup restoran bar and grill miliknya ketika seorang pria bertopi bisbol masuk ke restoran itu. Pria itu mengeluarkan revolver dan menembak Moreno tiga kali di dada. Sampai tulisan ini dibuat, pembunuhnya belum ditangkap.
Seperti prediksinya dalam video itu, Moreno terbunuh. Namun berkat dokumen dan instruksi yang ia tinggalkan, suara Moreno tidak terbungkam.
Selama enam bulan terakhir, 30 jurnalis telah berkumpul untuk melanjutkan pekerjaan Moreno, sesuai dengan permintaan yang dia buat sebelum kematiannya. Beberapa hari sebelum pembunuhannya, Moreno menghubungi Forbidden Stories dengan tujuan untuk bergabung dalam Jaringan SafeBox. Jejaring ini memungkinkan para jurnalis yang berada di bawah ancaman untuk mengunggah dan melindungi informasi sensitif mereka. Jika sesuatu terjadi pada mereka, Forbidden Stories akan melanjutkan pekerjaan mereka dan memastikan bahwa cerita mereka dibaca oleh sebanyak mungkin orang di seluruh dunia.
Ratusan dokumen dan email yang diakses oleh konsorsium Forbidden Stories membantu untuk melanjutkan investigasi Moreno tentang korupsi dan penggelapan uang di Cordoba. Hasil investigasi ini telah diterbitkan bersama 32 mitra media di seluruh dunia.
Melalui analisis dokumen yang ditinggalkan Moreno, kontak publik yang diperoleh melalui proses FOIA (Freedom of Information Act Request) di Cordoba, laporan dari lapangan serta wawancara dengan lusinan narasumber, konsorsium Forbidden Stories dapat mengungkap adanya fenomena perkronian secara masif dan sistematis di provinsi tersebut yang mengakibatkan terjadinya korupsi dana sejumlah jutaan dolar yang tersebar di lima kotamadya. Fenomena ini adalah sistem yang dibuktikan Moreno dengan mendedikasikan karir dan hidupnya.
Empat hari setelah pembunuhan suaminya, Kiara Moreno kembali ke apartemen yang awalnya merupakan kantor Moreno. Dia didampingi oleh anggota keluarga lain dan jurnalis dari konsorsium Forbidden Stories.
Hal pertama yang menonjol adalah tumpukan dokumen administrasi di atas meja, hasil dari ratusan permintaan FOIA yang diajukan Moreno untuk menanyakan secara detail mengenai berbagai kontrak publik. Di Kolombia, jenis permintaan ini adalah cara yang ampuh untuk mendapatkan informasi demi kepentingan publik. Meskipun relatif mudah untuk diisi, permintaan ini berisiko bagi jurnalis—terutama di daerah berbahaya seperti Córdoba. Di sini, Moreno adalah salah satu dari sedikit jurnalis yang berani mengajukan permintaan tersebut dengan penuh semangat. Sepuluh hari sebelum pembunuhannya, dia telah mengirimkan empat permintaan FOIA.
Bagi Moreno, menjadi jurnalis saja tidak cukup untuk membayar tagihan kesehariannya. Pada tahun 2022, dia telah membuka tempat cuci mobil dan restoran—tempat dia ditembak—yang dia sebut “Rafo Parilla”. Setiap minggu, dia meminjam mobil temannya dan berkendara selama lima jam untuk membeli ikan untuk dijual ke tetangganya.
Terlepas dari kegiatan ini, dia juga menemukan waktu untuk berbagi video dan konten di dua halaman Facebook yang dia kelola: “Rafael Moreno investigator” dan “Voces de Córdoba”. Di halaman-halaman ini, tidak ada yang tidak ia senggol. Anggota dewan pemerintah, wali kota, gubernur, bahkan sesama jurnalis berada di garis tembak Moreno. “Kamu bertindak terlalu jauh,” kata saudara perempuan Moreno, Maira, kepada Moreno. “Kamu bahkan seperti rela mencela saudara perempuanmu sendiri.” Tanggapan Moreno: “Ya, jika kamu melakukan hal-hal buruk.”
Moreno tidak memiliki batasan dalam mengecam korupsi, kata teman dan keluarga. “Dia terus-menerus menyerang,” Rafael Martínez , sekretaris kabinet di Puerto Libertador, daerah asal Moreno, dan teman lama jurnalis tersebut, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan anggota konsorsium. "Siapa saja bisa membunuhnya."
Pada tanggal 7 Oktober 2022, Moreno, yang mengetahui bahwa dia berada di bawah ancaman yang signifikan, mulai berbagi bagian dari penyelidikan yang dia kerjakan dengan administrator tim Jaringan Safebox Forbidden Stories. “Saya saat ini sedang melakukan penyelidikan dengan banyak masalah,” katanya lewat telepon sembilan hari sebelum pembunuhannya. “Ini terkait suatu strategi di mana administrator publik, pengusaha, dan konsorsium (bisnis lokal) menggunakan material mentah dari Sungai Uré untuk proyek pekerjaan umum tanpa izin atau lisensi apapun.”
Di lapangan, Moreno menemukan bahwa lusinan truk pergi ke Sungai Uré yang berbatasan dengan taman nasional, tempat, katanya, mereka mencuri pasir untuk digunakan dalam proyek konstruksi. Semua itu ilegal, kata Moreno. Menurut pekerja yang diwawancarai Moreno, pasir yang diambil dari tepian sungai itu dikumpulkan tanpa izin lingkungan, meskipun sungai tersebut nyatanya kawasan lindung. Terlebih lagi, Moreno kemudian menemukan, skema pencurian pasir tersebut dan kepemilikan wilayah tersebut merupakan milik salah satu dari enam keluarga politik paling kuat di Cordoba—keluarga Calle.
Pada akhir September 2022, Moreno—mengenakan kacamata hitam dan topi Nike hitam—merekam dirinya sendiri, di tempat yang ia yakini sebagai TKP: sebidang tanah milik Carmen Aguas. Perempuan ini merupakan istri Gabriel Calle, kepala keluarga Calle.
Moreno lantas mengunggah video itu di halaman Twitter-nya, dan men-tag putra Gabriel Calle, Andrés, menteri dalam negeri, kantor kejaksaan, badan perlindungan lingkungan, dan Presiden Kolombia, Gustavo Petro. Dalam video tersebut, dia mengecam skema pencurian sumber daya ini, menunjuk ke sebuah alat berat backhoe yang jauh. Video ditonton sekitar 1.600 kali– tidak sampai viral, namun cukup berpotensi untuk menodai citra keluarga terkenal.
Gabriel Calle adalah mantan wakil daerah dan wali kota Montelibano, kota besar di Córdoba, antara tahun 2012 dan 2015. Saat ini, dia sedang diselidiki atas beberapa tindakan korupsi, termasuk konflik kepentingan ilegal dan pengayaan ilegal. Keluarganya juga pernah terlibat dalam perdagangan narkoba di masa lalu: sepupu Calle, César Cura Demoya, dihukum atas tuduhan perdagangan narkoba dan pencucian uang di Amerika Serikat.
Di Córdoba, jangkauan politik keluarga Calle sangat signifikan. Salah satu putranya, Gabriel Calle Aguas , sebelumnya menjabat sebagai manajer kampanye lokal untuk Presiden Kolombia saat ini Gustavo Petro dan pernah menjadi kepala kabinet untuk Menteri Dalam Negeri Kolombia. Saat ini, Gabriel Calle Aguas mencalonkan diri sebagai gubernur Córdoba dalam pemilihan daerah yang dijadwalkan akan terjadi pada Oktober 2023.
Yamir Pico, sepupu Moreno yang juga seorang jurnalis, menilai investigasi terakhir Moreno “sangat sensitif”, terutama dalam konteks musim kampanye pemilu yang sedang berlangsung. “Rafael telah pergi ke properti pribadi Calles, sebuah keluarga yang paling ditakuti karena kami tahu apa yang mereka dapat lakukan,” kata Pico dalam sebuah wawancara dengan Forbidden Stories. Tiga jurnalis yang dekat dengan Moreno, termasuk Pico, yang membagikan laporan Moreno tentang keluarga ini, diduga menerima ancaman setelah kematian Moreno.
Gabriel Calle Demoya menyangkal semua tuduhan atas ekstraksi pasir dalam sebuah pernyataan kepada Forbidden Stories. “Tanggung jawab bukan ada di Gabriel Calle, yang dianggap sebagai pemilik situs ekstraksi ilegal,” katanya. “Sebaliknya, perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi dengan bahan dari tambang ilegal.” Mantan wali kota Montelíbano ini menambahkan bahwa truk yang direkam berada di jalanan umum dan tidak terletak di tanah milik istrinya, meskipun pendaftaran tanah tidak menyebutkan adanya jalan umum di lokasi tersebut.
Berawal dari video yang direkam Moreno, Forbidden Stories dapat melacak kepemilikan salah satu truk yang diyakini Moreno digunakan untuk mencuri pasir. Truk ini, menurut penyelidikan Forbidden Stories, merupakan milik perusahaan konstruksi JV Ingeniería, yang perwakilannya secara legal tertera bernama Juan Carlos Amador Carrascal. (Carrascal tidak menanggapi permintaan komentar.) Pengusaha ini pernah terkait dengan skandal yang melibatkan renovasi sekolah menggunakan bahan bangunan bermutu jelek yang menyebabkan air kotor merembes ke ruang kelas.
Pada 12 Oktober, empat hari sebelum pembunuhannya, Moreno mengirimkan permintaan FOIA ke balai kota mengenai sungai Uré dan properti Calle. Jawabannya baru datang dua hari setelah kematiannya. (Ketika dihubungi oleh Forbidden Stories, Custodio Liborio Acosta Urzola, wali kota daerah San Jose de Uré tempat properti milik Calle ini berada mengatakan bahwa pemerintah kota "tidak mengetahui pengambilan pasir di sungai Uré" dan sebelumnya telah memantau “kemungkinan titik ekstraksi material, tanpa hasil.”)
Meski keluarga Calle menjadi basis dari investigasi terakhir Moreno, sasaran utama jurnalis itu sebenarnya merupakan “klan” politik lain, sebagaimana Moreno dan jurnalis lokal lainnya memanggil keluarga politik di daerah tersebut. “Klan” ini, yang menjadi pusat dari banyak penyelidikan Moreno selama bertahun-tahun, terkait erat dengan jurnalis tersebut. Ironisnya, berkat keluarga inilah Moreno memasuki kancah jurnalisme di awal karirnya.
Moreno tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang jurnalis. Saat remaja, Moreno bekerja di tambang lokal di desa tetangga. Dia pindah hanya untuk memetik daun koka dan juga menyelesaikan wajib militernya. Ketika dia kembali ke Puerto Libertador pada umur 20 tahun, dia diperkenalkan dengan Espedito Duque.
Duque adalah seorang politisi yang menawan, mahir menghibur orang banyak, dan menginspirasi kepercayaan orang lain. Pada saat itu, tujuan Duque sudah jelas: menyingkirkan kuasa hampir satu dekade keluarga Carrascal dari Puerto Libertador.
Ketika Moreno pertama kali bertemu dengan Duque, politisi itu menjual kisah cinderella tentang seorang pemetik lemon yang menjadi kandidat politik. Seakan-akan pria yang mewakili rakyat, Duque berbicara tentang keadilan sosial dan perlakuan yang layak terhadap orang miskin dan melarat. Moreno termakan semua cerita itu. Belakangan, dia menjadi seperti anak kedua bagi Duque, dan membawa keluarganya untuk bekerja dalam kampanye politik Duque. Saat diwawancara Forbidden Stories, Duque menegaskan kembali hal ini, “Dia seperti anak saya.”
“Kami melakukan segalanya untuk [Duque],” kata Maira, adik perempuan Moreno. “Rafael adalah tangan kanannya, dia sudah seperti kepala hubungan umumnya.”
Setelah dua kampanye yang gagal, Duque terpilih pada 2015 dan Moreno kemudian bekerja untuknya. Tugas pertama Moreno penting: memasang generator di daerah yang tidak memiliki listrik. Orang-orang yang mengenalnya mengatakan dia menyelesaikan tugas ini dengan ketabahan. Sebagai hadiah, pemerintah wali kota membantu membiayai satu semester studi hukum. Tetapi orang-orang yang dekat dengan Moreno mengatakan bahwa saat itu dia sudah kecewa dengan Duque. Hubungan Moreno dan Duque mulai retak.
Moreno merasa bahwa perubahan yang dijanjikan Duque berjalan lambat. Lebih buruk lagi, Duque juga melantik pejabat korup yang pernah bertugas di pemerintahan sebelumnya, katanya. Pada 2017, Moreno memutuskan untuk meninggalkan Duque setelah dua tahun bersama di balai kota.
Beberapa tahun kemudian, Moreno menulis di Facebook mengenai hubungan ini: “Pada saat kemenangan (pemilihan wali kota), saya ingat mencium ibu Espedito Duque dan berterima kasih padanya karena telah membawa sumber harapan kami ke dunia. Tapi aku salah, dan itu menyakitkanku bahkan untuk memikirkannya. Dia membuat kami percaya dia akan mengubah banyak hal, tetapi dia mengelilingi dirinya dengan orang-orang yang sama seperti mereka telah lama kami kritik dan mereka memperlambat harapan kami untuk terpilih.
Pada Desember 2018, Moreno menjadi jurnalis. Tahun itu, dia meluncurkan Voces de Córdoba untuk menyelidiki administrasi yang foya-foya di balai kota. Dia mulai dengan menganalisis kontrak publik yang ditandatangani oleh mantan mentornya.
Bagi Duque, ini terasa seperti tindakan balas dendam pribadi. “Setelah saya berhenti mendukungnya, dia mengatakan bahwa dia akan melakukan segala yang mungkin untuk menghancurkan proyek politik saya,” kata Duque pada wawancara dengan Forbidden Stories. Dia menambahkan: “Dia dipenuhi dengan kebencian, kemarahan, dan dendam.”
Belakang ini, Moreno menganalisis kontrak-kontrak yang diteken oleh Eder John Soto, penerus Duque. Soto dilantik pada 2019 dan dianggap sebagai strawman yang mewakili “klan” Duque. Keluarga Duque memberikan kontribusi kampanye cukup besar pada Soto, sekitar $15,000 USD atas nama saudara perempuan Duque. Dalam menggulingkan satu dinasti politik setelah pelantikan dirinya pada tahun 2015, Duque menciptakan dinasti lain untuk keluarganya. “Hanya Eder Jon yang tahu tentang pembiayaan kampanyenya,” kata Duque saat menanggapi pertanyaan mengenai ini dari konsorsium.
Di belakang layar, menurut para pejabat lokal, Duque lah yang berkuasa. “Duque adalah orang yang memutuskan apa yang penting di kotamadya,” kata seorang pejabat setempat, yang meminta namanya dirahasiakan. “Dia menyambut pengunjung ke rumahnya mulai sekitar jam 11 malam dan seringkali sampai jam 3 pagi. Semua orang pergi ke sana untuk meminta bantuan: kontrak, nominasi, rekomendasi.”
Bahkan setelah kematian Moreno, sistem tersebut tetap ada.
Sejak dia meninggalkan pemerintahan Duque, Moreno memiliki satu tujuan: mengungkap bukti korupsi sistemik berskala luas yang dilakukan oleh mantan dan “klan” mentornya.
Modus operandi Moreno sederhana: buka situs resmi pemerintah untuk kontrak publik, unduh kontrak, analisis anggaran dan eksekusi proposal tersebut, lalu kunjungi lokasinya untuk konfirmasi apakah pekerjaan dilakukan dengan benar.
Pekerjaan Moreno dipermudah oleh Kesepakatan Damai 2016 yang membuat arsip keuangan belanja untuk keperluan publik mudah diakses di area seperti Puerto Libertador. Ini karena area tersebut telah terkena dampak konflik bersenjata antara pemerintah dan FARC selama lebih dari 50 tahun.
Secara total, lebih dari $100 juta USD telah diinvestasikan di lima kotamadya Cordoba sejak Perjanjian Damai 2016 . Uang ini dialokasikan untuk lebih dari 130 proyek pekerjaan umum, seperti perbaikan jalan, pendidikan, dan perawatan kesehatan, serta proyek infrastruktur perumahan dan energi. Namun, banyak aktivis mengatakan proyek-proyek ini tidak kunjung selesai.
“Kami menyadari bahwa banyak proyek yang belum selesai atau bahkan belum dimulai. Kami mulai membuat daftar dan pergi untuk melihat tempat-tempat ini,” kata Enyer Nieves Pinto, presiden Veedurías Network di Córdoba selatan, suatu kelompok watchdog di Kolombia.
Moreno memulai investigasinya dengan lima kotamadya Cordoba dan memanfaatkan undang-undang transparansi progresif untuk menganalisis kontrak-kontrak ini dengan pengetahuan hukum yang dia punya.
Moreno biasanya kemudian menerbitkan investigasi ini di halaman Facebook-nya, yang dengan cepat menjadi semacam referensi bagi warga Cordoba. Salah satu penyelidikannya yang paling terkenal berkaitan dengan renovasi stadion kota di Puerto Libertador. Meskipun kontrak lebih dari 1 juta dollar sudah dikucurkan dan skedul pembangunan kerap diundur, proyek tersebut akhirnya mangkrak. Ironisnya, Moreno membaptis stadion tersebut: “Stadion Keabadian”.
Di wilayah miskin yang dihantui oleh perang gerilya ini, jumlah uang yang terbuang percuma di stadion membuat banyak orang muak. Investigasi Moreno membuktikan apa yang sudah diketahui rakyat Cordoba: uang rakyat akan dibuang-buang begitu saja. Itu juga melambungkan popularitas Moreno di mata beberapa orang yang melihat Moreno sebagai pejuang transparansi.
Namun, sejumlah kelompok bersenjata lokal mengancam Moreno karena investigasi-investigasi ini. Berbagai kelompok ini diketahui mengambil potongan dari uang yang diinvestasikan untuk pekerjaan umum, semacam pajak damai yang disebut Moreno sebagai “la vacuna”, atau “vaksin”, dalam percakapan dengan Forbidden Stories. Moreno menyebut “vaksin” ini sebagai korupsi terang-terangan, yang akhirnya menyebabkan eskalasi tingkat ancaman yang Moreno dapatkan.
Pada tahun 2019, Moreno ditetapkan sebagai target oleh faksi kejahatan terorganisir bernama Caparrapos. Dua tahun kemudian, dia diculik dan diinterogasi oleh anggota Gulf Clan, sebuah kelompok bersenjata yang berbagi wilayah dengan Caparrapos.
Moreno selalu melaporkan ancaman-ancaman ini dengan Unit Perlindungan Nasional (UNP) Kolombia, sebuah badan yang bertugas untuk menyediakan perlindungan bagi jurnalis di negeri Amerika Latin itu. Tetapi perlindungan yang diterimanya tidak konsisten. Pada hari dia dibunuh, perlindungan UNP tidak terlihat.
Meskipun bahaya, Moreno terus menekan pemerintahan Duque. Dia melakukan ini tidak hanya secara terbuka, namun juga melalui permintaan FOIA dan gugatan di pengadilan. Dalam sistem hukum Kolombia, permintaan FOIA dapat saja dilanjutkan oleh pemerintah menjadi investigasi secara hukum, yang lalu bisa menjadi gugatan dari sisi pemerintah jika terbukti ada penggelapan kriminal. Bagi Walter Álvarez, seorang jurnalis yang dekat dengan Moreno, risiko hukum ini yang membuat Moreno terekspos ancaman.
“Investigasi jurnalistik bisa hilang seiring berjalannya waktu,” katanya. “Tapi ketika mereka menjebloskan (kamu) ke penjara, itu cerita yang sangat berbeda. Saya tidak akan pernah berani terlibat masalah seperti itu. Kami tidak semua siap untuk mengambil risiko semacam itu.
Forbidden Stories dan mitra-mitra mereka membuka email Moreno setelah kematiannya. Di antara ribuan email dan lampiran, Forbidden Stories menemukan sebuah dokumen penting yang keberadaannya belum pernah terungkap sebelumnya: keluhan administratif formal yang diajukan Moreno terhadap Espedito Duque dan kroni-kroninya atas “tindakan korupsi, penggelapan dana publik, nepotisme, dan klientelisme” pada 5 Januari 2021—sekitar satu setengah tahun sebelum Moreno terbunuh.
Menurut konstitusi Kolombia, setiap warga negara bisa saja mengajukan keluhan semacam ini. Tapi Moreno sungguh teliti. Dokumen setebal 21 halaman itu menjelaskan modus-modus yang digunakan wali kota Puerto Libertador itu dengan sangat rinci dan menuduh “berbagai jenis kejahatan terhadap administrasi publik”. Moreno menjelaskan sistem yang diterapkan Duque: wali kota itu telah menciptakan “sejumlah infrastruktur” untuk teman dekat dan keluarganya yang menggunakan sistem kontrak publik untuk “memfasilitasi perampasan uang dan sumber daya rakyat”.
“Belum pernah ada begitu banyak LSM yang dibentuk di Puerto Libertador hanya untuk memenangkan kontrak konstruksi kota,” tulisnya.
Di antara lusinan LSM yang disebutkan Moreno dalam pengaduan itu, ada dua yang terkait dengan Duque. Pertama, Serviexpress ATP SAS, suatu LSM yang didirikan oleh seseorang yang dekat dengan istri Duque, Julieth Arroyo Montiel. Kedua, Renacer IPS SAS, yang diwakili oleh anak seorang pegawai yang bekerja untuk Duque. Renacer memperoleh dua kontrak senilai lebih dari $75.000 USD.
Moreno juga mengejar properti pribadi Duque dengan klaim bahwa, “Gajinya sebagai wali kota tidak akan memungkinkan dia untuk mendapatkan (properti-properti tersebut).” Duque memiliki beberapa properti komersial, sebuah rumah bernilai sekitar $70.000 dolar dan sebuah peternakan. Moreno juga mencantumkan berbagai proyek pekerjaan umum yang katanya tidak pernah dimulai.
Di akhir laporan itu, Moreno menandatangani dengan namanya, yang diverifikasi oleh Forbidden Stories keasliannya dengan mencocokkan dengan permintaan FOIA yang dibagikan secara publik oleh Moreno. Sampai saat ini, dokumen tersebut belum ditanggapi.
Outlet berita investigasi Kolombia Cuestión Pública, media yang berspesialisasi dalam korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan publik, dan CLIP, suatu konsorsium berita Amerika Latin, melanjutkan investigasi Moreno. Analisis mereka menunjukkan bahwa antara 2016 dan 2022, administrasi Duque dan Soto menandatangani 99 kontrak dengan 13 pengusaha yang dekat dengan “klan” Duque. Total harga kontrak yang diberikan oleh kedua administrasi ini ditengarai sejumlah $3 juta USD.
Dari 99 kontak tersebut tersebut, lima perusahaan memenangkan 96 persen dari total kontrak yang diberikan balai kota. Beberapa diantaranya belum pernah menangani kontrak pembangunan publik. Sebagian besar perusahaan-perusahaan ini milik Martín Montiel Mendoza, seorang pengusaha yang dekat dengan Espedito Duque. Antara 2016 dan 2022, administrasi Duque dan Soto telah menandatangani 56 kontrak dengan total ongkos $1 juta USD bersama tiga perusahaan yang dimiliki oleh Mendoza. Lebih dari setengahnya merupakan kontrak kesepakatan bersama, yang berarti penawaran tender tidak pernah dibuka untuk umum.
Perusahaan pertama, Corporación Visión Juvenil, dibentuk sebagai organisasi non-profit pada tahun 2014. Hingga 2023, perusahaan ini telah menyediakan solusi logistik untuk acara olahraga dan budaya, dan memenangkan 36 kontrak dengan total nilai sekitar $600.000 USD. Perusahaan kedua, Innova Construcciones e Inmobiliaria, didirikan pada 2017 dan mendapatkan empat kontrak berturut-turut dengan pemerintah untuk mengelola taman, perpustakaan, dan balai kota. Kontrak pertama Innova didapatkan hanya 10 bulan setelah perusahaan ini didaftarkan di Kamar Dagang Kolombia. Perusahaan ketiga, Serviexpress Colombia, juga didirikan pada tahun 2017, menyediakan layanan termasuk transportasi, periklanan, sumber daya manusia, dan bantuan untuk lansia dan orang cacat. Antara 2019 dan 2022, Serviexpress mendapatkan setidaknya 16 kontrak dengan total nilai $200.000 USD. Kontrak didapatkan untuk penyediaan makanan dan produk pembersih ke balai kota.
(Montiel Mendoza tidak menanggapi beberapa permintaan komentar yang dikirim oleh konsorsium.)
Cuestión Pública dan CLIP juga menyelidiki perusahaan yang mengolah air limbah di Puerto Libertador yang bernama Agualcas. Selama sesi pleno kota, Moreno mengidentifikasi perbedaan antara jumlah jalan dengan selokan di Puerto Libertador dengan jumlah yang ditunjukkan dalam peta resmi yang dikeluarkan oleh kantor wali kota. Agualcas mendapatkan berbagai kontrak untuk pemasangan saluran pembuangan meskipun adanya perbedaan ini.
Investigasi konsorsium mengungkapkan bahwa perusahaan ini juga berada di bawah pengaruh “klan” Duque. Bertahun-tahun sejak pemilihannya sebagai wali kota, perusahaan ini dimiliki oleh tiga orang yang dekat dengan Duque, yang dulunya bekerja dalam kampanye pemilihannya. Selama periode ini, Agualcas mendapatkan keuntungan dari 13 kontrak publik dengan total nilai sekitar $800.000 USD. Agualcas tidak menanggapi permintaan komentar yang diberikan oleh konsorsium Forbidden Stories.
Dalam penelitian kontrak-kontrak ini, Cuestión Pública dan CLIP juga mengidentifikasi seseorang yang mempunyai koneksi dengan Gulf Clan—salah satu kelompok bersenjata yang diyakini terlibat dalam penculikan Moreno - di antara rombongan Duque. Orang ini, Julio César Ramos Ruiz, merupakan seorang dokter di rumah sakit Puerto Libertador yang diduga dikenal dengan julukan “Sang Dokter”. Dia ditangkap pada Oktober 2019 oleh polisi dan dikaitkan atas tuduhan melakukan konspirasi kriminal. Menurut laporan pers, Ramos merawat anggota Gulf Clan yang terluka, dan mendaftarkan mereka dengan nama palsu sehingga tidak dapat diidentifikasi oleh pihak berwenang.
“Itu teori para penuduh,” kata Julio César Sánchez Moreno, pengacara Ramos. “Teori kami adalah ini merupakan kasus positif palsu yudisial.” Pada 15 September 2020 Ramos dibebaskan dengan jaminan, dalam putusan yang sangat kontroversial. Persidangan Ramos dijadwalkan pada 27 April 2023.
Selama Ramos aktif di rumah sakit Puerto Libertador, manajer rumah sakit tersebut tidak lain adalah Eder John Soto, penerus Espedito Duque yang menjabat sebagai wali kota Puerto Libertador. Beberapa foto yang diambil antara 2016 dan 2018 menunjukkan bahwa kedua pria tersebut saling mengenal dan sering bertemu. Ramos, Duque, dan Soto saling terhubung di Facebook, membuktikan hubungan ini. Sang Dokter juga berhubungan dengan Juan David Duque, putra Duque, setelah penangkapannya.
Forbidden Stories memperoleh dokumen yang menunjukkan bahwa Soto berencana untuk bersaksi dalam pembelaan Ramos, yang menurut pengacaranya merupakan mantan karyawan dan temannya di persidangan mendatang.
Eder John Soto tidak menanggapi permintaan komentar yang dikirim Forbidden Stories melalui email. Duque menyangkal telah “mendukung pembentukan suatu entitas yang memperoleh keuntungan dari kontrak dengan pemerintah kota”. “Semuanya salah, itu benar-benar salah,” kata Duque. Dia menambahkan bahwa “dia mencapai hasil yang luar biasa” yang membuatnya mendapatkan “pengakuan sebagai wali kota terbaik”.
Moreno dikenal karena ketidaksabarannya. Begitu dia menemukan elemen mencurigakan, dia segera menerbitkannya di halaman Facebook-nya. Tetapi pada saat dia dibunuh, dia menemukan potongan-potongan informasi yang menceritakan kisah korupsi dan kronisme di Córdoba. Ancaman pada dirinya kian meningkat.
Pada 26 September 2022, Miguel David Arrieta River, anggota rombongan Duque yang dijuluki “koordinator pekerja perdamaian” oleh pemerintah kota, menyerang Moreno dan rekannya Organis Cuadrado di Facebook, sehari setelah Moreno menerbitkan kontrak transportasi sekolah yang menurutnya membengkak. Unggahan yang kemudian dihapus itu memuat foto kedua jurnalis itu, dengan keterangan: “Pasangan pemeras media sosial ini bukan jurnalis atau pengacara. Mereka hidup di media sosial. Seperti yang akan dikatakan kakek saya, mereka adalah ‘gelandangan bersenjata’. Mereka bertanggung jawab atas fakta bahwa 1.200 siswa tidak memiliki transportasi sekolah.”
Tiga hari kemudian, Moreno mengajukan kasus fitnah dan pencemaran nama baik terhadap Arrieta Rivera, yang memiliki koneksi pribadi yang membuatnya takut. “Ibu dan ayah tirinya dipenjara, dituduh berkonspirasi untuk melakukan pembunuhan dan perdagangan narkoba, yang membahayakan keamanan saya dan keluarga saya,” bunyi pengaduan yang pertama kali diterbitkan oleh Forbidden Stories. Itu adalah keluhan terakhir yang pernah diajukan Moreno.
Saat dihubungi, Rivera mengatakan bahwa dia terlalu sakit untuk menjawab pertanyaan Forbidden Stories.
Serangan yang semakin ganas tidak meredam semangat Moreno. Nyatanya, jurnalis itu langsung mengeruk kasus lama yang menurut keponakan Moreno, José Fernando Bula Moreno, seperti “bom yang akan meledak untuk keluarga Duque”.
Pada 27 September 2022, Moreno mem-posting pesan di media sosial yang pastinya membuat “klan” Duque takut. Pesan itu terkait kasus pemerkosaan terhadap anak di bawah umur yang melibatkan salah satu putra Espedito Duque. Semua dakwaan kasus itu dibatalkan pada April 2017. Moreno mulai menyelidiki unsur-unsur yang menurutnya ditutup-tutupi.
Moreno mengetahui bahwa kasus itu sangat sensitif, tetapi dia tidak segan-segan menulis tentang kasus tersebut. Moreno mulai investigasinya dengan mencari kontrak sewa apartemen antara Duque dan istri Carlos Escobar Zapa, salah satu jaksa penuntut yang bertanggung jawab atas kasus tersebut. Pengacara Kolombia telah menyelidiki kontrak ini, tetapi Moreno ingin membuktikan bahwa kontrak tersebut—yang ditandatangani hanya dua bulan sebelum kasus dibatalkan—adalah alasan di belakang berhentinya penyelidikan.
Menurut keponakan Moreno, José Fernando Moreno, Duque “setengah kaki di penjara dengan kasus ini”. Moreno, lanjutnya, “akan melakukan apapun untuk memastikan bahwa dakwaan tidak dibatalkan.” José Fernando menjelaskan bahwa seminggu sebelum Moreno dibunuh, dia telah memperingatkan pada hakim yang menyelidiki kasus tersebut bahwa “jika kalian mengambil uang, saya akan mengadukan Anda.”
Moreno merasa semakin dekat dengan sasaran utamanya. Pada 12 Oktober, lima hari sebelum dia dibunuh, Moreno sempat bercerita kepada seorang teman dekatnya saat berada di dalam mobil. “Jika semuanya berjalan lancar, kita bisa mendapatkan surat perintah penangkapan terhadap Espedito Duque.” Temannya memperingatkan dia bahwa berbicara tentang kasus itu berbahaya.
Forbidden Stories memperoleh dokumen dari Moreno pada hari yang sama. Dokumen ini menegaskan bahwa di hari-hari menjelang pembunuhannya, Moreno mengumpulkan beberapa elemen tambahan terkait kasus ini dengan mengajukan permintaan FOIA yang tidak terjawab yang telah dikirim 20 hari sebelumnya. Permintaan ini mengajukan berbagai dokumen sensitif, termasuk bukti pembayaran sewa ke kantor wali kota. Espedito Duque mengatakan kepada konsorsium bahwa dia tidak mengenal pemilik gedung pada saat kontrak ditandatangani.
Carlos Escobar Zapa mengatakan kepada Forbidden Stories bahwa dia telah bercerai dari istrinya sejak 2015 dan bahwa dia “tidak pernah mengetahui” kontrak kepemilikan dengan Duque. “Dia menyewanya tanpa sepengetahuan saya,” katanya. “Aku tidak tahu bagaimana dia melakukannya.”
“Mereka juga membuka penyelidikan disipliner dan saya dibebaskan,” tambahnya. “Saya tidak ada hubungannya dengan itu.” Investigasi yudisial masih berlangsung.
Mengenai klaim pelecehan seksual pun, dia menyangkal pernah membuat kesepakatan apapun dengan Duque.
Ketika Forbidden Stories mendalami kasus pelecehan seksual itu, mereka menemukan kesaksian tambahan. Menurut sumber yang dekat dengan pemerintah, setidaknya 10 wanita menuduh putra Duque melakukan pemerkosaan atau pelecehan seksual, tetapi hanya dua yang mengajukan kasus pada putra Duque. “Dari apa yang saya lihat di sini, kasus-kasus ditutup secara mencurigakan, menurut saya tidak ada kota yang lebih korup di dunia selain kota yang kita tinggali ini,” kata sumber tersebut. “Di sini, kami menerima ancaman dari orang-orang yang dekat dengan Duque dan jaksa Zapa.”
Ditanya tentang tuduhan ini, Zapa mengatakan dia tidak mengetahui adanya ancaman. “Keluarga saya terdiri dari orang-orang jujur,” katanya. “Saya tidak memiliki hubungan dengan organisasi (kriminal) seperti itu, anggota keluarga saya juga tidak.”
Pada tahun 2022 saja, komisi disiplin yudisial Córdoba membuka tiga proses indisipliner terhadap Zapa. Sejak pembunuhan Moreno, tidak ada satu jurnalis pun yang menerbitkan informasi yang menghubungkan Zapa dengan keluarga Duque.
Beberapa wartawan lokal mengatakan bahwa sejak kematian Moreno publikasi jurnalistik menjadi kurang berani. Pada tanggal 2 November, Pico mengumumkan bahwa dia menutup outlet medianya karena ancaman yang dia terima. (Dia kemudian memulainya kembali “tanpa melanjutkan penyelidikan yang tadinya akan dipublikasikan.”)
Walter Álvarez, wartawan lokal lain, memutuskan untuk fokus pada liputan olahraga dan budaya. Dia memiliki empat anak dan tidak ingin “menjadi seperti Rafael”.
Andrés Chica, salah satu dari sekian wartawan yang dekat dengan Moreno, menulis di WhatsApp dan Facebook bahwa kantor wali kota di Puerto Libertador diduga membayar penyelidikan kriminal atas kematian Moreno agar tidak melibatkan mereka. Keesokan harinya, Chica terbangun dengan pesan teks dari Duque yang mempertanyakan laporannya. “Saya menimbang setiap kata dari publikasi saya,” tulis Chica kepada mantan wali kota itu. Tanggapan Duque: “Anda tahu apa yang Anda lakukan. Dan Anda tahu bagaimana keadaan di sini di Puerto.”
Chica tidak berpikir dua kali. Dia meninggalkan wilayah itu dan saat ini sedang bersembunyi untuk keamanan dirinya sendiri.
Lebih dari enam bulan setelah kematian Moreno, tidak ada yang ditangkap dalam kasus pembunuhan tersebut. Kasus dipindahkan ke penyidik di Medellin, untuk menghindari korupsi lokal di Cordoba.
Sementara itu, Duque diduga berencana untuk mencalonkan diri dalam pemilihan di Puerto Libertador pada Oktober 2023. Dia tidak menanggapi pertanyaan tentang pencalonannya. Gabriel Calle Aguas, putra dari “klan” Calle yang diselidiki Moreno, tetap menjadi calon gubernur daerah dalam pemilihan yang sama. Namun kali ini, keduanya berkampanye tanpa tatapan tajam mata Rafael Moreno.
Laporan ini ditulis oleh Paloma Dupont de Dinechin dengan bantuan Andrea Rincón (Cuestión Pública), Edier Buitrago (Cuestión Pública), Ivonne Rodriguez (CLIP), Claudia Duque (freelance), Juan Diego Quesada (El PaÃs), Felipe Morales (El Espectador)
Baca laporan jurnalis-jurnalis lainnya di situs resmi Forbidden Stories di tautan ini. Jika anda seorang wartawan yang merasa terancam dan ingin informasi anda dilindungi oleh Jaringan SafeBox dan Forbidden Stories, klik tautan ini.