Longform

Wajah Jakarta lewat Jembatan Penyeberangan Orang

Jum'at, 11 Februari 2021

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan jembatan penyeberangan orang (JPO) sebagai ikon wilayah. Sementara itu, masih banyak JPO yang kondisinya tak baik.

Oleh Inge Klara Safitri

tempo

Dalam tiga tahun ke belakang, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) tematik dengan kelap-kelip lampu mulai menghiasi Jakarta. Tren mempercantik ini dimulai dari tiga JPO di sepanjang Jalan Sudirman, kemudian kini menyebar ke Daan Mogot, Pasar Minggu hingga Angke Jelambar. Terbaru, JPO Karet Sudirman dan Simpang Temu CSW yang berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. 

Konstruksi JPO Karet yang dibangun dengan tema kapal pinisi itu memiliki dua jalur warna yang berbeda, yakni bagi pejalan kaki dan pesepeda. Konsep jembatan ini terbilang cukup unik di antara jembatan serupa di Jakarta. Pasalnya, ada dua jembatan lurus dan melengkung yang menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman arah Blok M dan Monas.

Jembatan ini juga terintegrasi dengan Transjakarta dan MRT. Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, saat ini jembatan masih belum dibuka. Nantinya, JPO tersebut akan diresmikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. "Kapannya, nanti akan dikabari, saat ini masih dalam tahap finishing," kata Hari.

Peta JPO DKI

Proses tahap akhir ini, menurut Hari, mencakup kesiapan serta kelayakan jembatan untuk dipakai publik. Termasuk mengecek fungsi fasilitas lift dengan kapasitas 3.000 kilogram yang disediakan. Selain itu, jembatan ini juga dilengkapi oleh dua buah Closed-Circuit Television (CCTV).

Meski belum diresmikan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah mengunjungi dan mencoba fasilitas yang ada di JPO Karet Sudirman ini. Berdasarkan unggahan di akun Instagram pribadinya, Anies bahkan sempat berpose di atas jembatan tersebut.

Terkait kritik soal atap JPO yang dicopot, Anies menjelaskan bahwa JPO menghubungkan dua tempat terbuka sehingga tidak perlu ada atap. “Kalau dia menghubungkan gedung ke gedung maka perlu atap kalau outdoor ke outdoor tidak perlu atap. Ini prinsip sederhana,” kata Anies.

tempo

Poin plus lainnya, JPO tanpa atap di tengah kota bisa menjadi sarana untuk masyarakat berfoto. Termasuk memfasilitasi fotografer yang ingin menangkap gambar city scape.  Sebetulnya, jembatan tanpa atap ini bukan yang pertama dibuat Anies. Sebelumnya, salah satu JPO di Jalan Sudirman di depan Menara Astra juga dicopot atapnya pada 2019.

Arsitek dan Ahli Tata Kota Bambang Eryudhawan menilai JPO tanpa atap adalah terobosan yang patut diapresiasi. “Jelas ini bisa menjadi nilai tambah. Orang tak sekedar untuk menyeberang, tetapi untuk ber-selfie dan berfoto ria menikmati panorama keindahan gedung tinggi pencakar langit,” kata Yudha.

Adapun Dinas Bina Marga DKI sendiri menargetkan merevitalisasi 21 JPO tematik hingga 2025. Konstruksi JPO tematik yang akan dibangun akan tersebar di seluruh wilayah Ibu Kota. Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta ingin JPO lebih artistik sehingga bisa membawa suasana keindahan baru dan juga bisa menjadi ruang interaksi masyarakat. Fasilitas untuk menyeberang itu menjadi bagian ruang ketiga. Ruang pertama adalah di rumah dan ruang kedua di tempat kerja. “Jadi setiap JPO yang akan kita bangun ikonik di wilayahnya. Modelnya berbeda, kita sesuaikan dengan kearifan lokal,” ujar Hari Nugroho lagi. 

tempo

Ia mencontohkan pembangunan JPO Gelora Bung Karno dan Bundaran Senayan yang rancangannya mengusung tema Gelora Jakarta sebagai simbolisasi dari semangat untuk terus maju dan berkembang.

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga sempat menyentil Pemprov DKI Jakarta yang hanya fokus mempercantik JPO di pusat kota, seperti Jalan Sudirman-Thamrin. Padahal, seharusnya semua JPO mesti diperhatikan kelayakannya. Ia menyarankan Dinas Bina Marga DKI mengaudit pembangunan jembatan penyeberangan orang di Ibu Kota. 

Dengan audit itu, kata dia, akan terlihat prioritas wilayah dan lokasi jembatan yang perlu segera diperbaiki karena masuk kategori merah yang membahayakan, hampir rubuh atau banyak lubang. “Jadi dibuat tiga pengelompokan, yakni kelompok merah untuk JPO yang rusak parah, berbahaya, dan darurat. Kelompok kuning untuk JPO yang mulai berkarat, terlilit kabel, dan tak ada lampu.Terakhir, hijau untuk JPO yang masih aman, nyaman, dan fungsional,” ujarnya.

Dari hasil pengelompokan itu, Dinas Bina Marga bisa memperbaiki fasilitas JPO sesuai dengan prioritasnya. Menurut Nirwono, yang terpenting dari perbaikan JPO adalah mengakomodir kebutuhan semua kalangan, termasuk disabilitas, lansia, dan anak-anak yang selama ini kerap sulit mengakses banyaknya anak tangga yang ada di JPO. “Tidak harus mewah, indah, dan beautifikasi,” katanya.

Tempo mendatangi sejumlah JPO di beberapa kawasan Jakarta. Pertama, JPO di Jalan MT Haryono, tepatnya di depan Gelael. Saat Tempo datang pada Januari 2022, jembatan itu terlihat baru saja dicat ulang. Perbaikan juga dilakukan di area pagar yang sudah miring.

Kabel-kabel terbentang di dinding samping JPO juga terlihat dirapikan. Sebelumnya, saat Tempo datang ke pada November 2021, kondisi JPO itu tak terawat, tampak menyeramkan dan banyak dikeluhkan pengguna jalan. Kabel-kabel semrawut, dekil dan sampah-sampah menumpuk di sudut jembatan. Lampu penerangan juga tak satupun menyala.

tempo

Begitu juga dengan JPO di Jalan Letjen Soeprapto, Cempaka Putih. Beberapa perbaikan sudah dilakukan, terutama pada bagian atap yang sebelumnya dikeluhkan bolong-bolong dan rawan mencelakai pengguna jika rubuh. Padahal jarak JPO ini tak jauh dari JPO Senen Extension yang sudah direvitalisasi menjadi cantik dan modern.

Menanggapi hal ini, Hari menjelaskan bahwa pemeliharaan seluruh JPO di Jakarta dilakukan secara rutin dan berkala. “Tidak hanya untuk JPO cantik,” kata Hari menjelaskan. Meski begitu, ia juga mengakui bahwa masih ada keterbatasan dan kekurangan.

Hari menambahkan, tahun ini, pihaknya bakal mengusulkan 18 JPO lagi untuk direnovasi. 

“Namun jumlah tersebut dapat berubah, tergantung tingkat kerusakan dan skala prioritas berdasarkan ketersediaan anggaran,” kata Hari.

Sama dengan yang sudah-sudah, infrastruktur di sejumlah JPO tersebut rencananya juga akan dibuat tematik dan ikonik. Apalagi nantinya Jakarta akan menjadi kota pusat bisnis setelah Ibu Kota Negara pindah ke Kalimantan. “Meski bukan lagi IKN, saya yakin Jakarta akan tetap menjadi destinasi yang disenangi masyarakat urban. Karena ada ruang ketiga yang banyak,” ujarnya.

CREDIT

Penulis

Multimedia

Editor

JPO Cempaka Putih

JPO Pasar Senen

JPO Astra Sudirman

JPO Phinisi

JPO Polda

JPO Gelora Bung Karno

JPO Bundaran Senayan

JPO Gelael

JPO BUMN